Ketidakadilan terhadap Islam dan Imperialisme Global AS di dunia Islam

alau ada maling teriak maling, maka itu adalah Amerika. Sebab Amerika dengan culas melakukan propaganda serta perang opini menutupi fakta sebenarnya. Padahal sesungguhnya AS lah Biang penyebabnya. Dengan membunuh ratusan ribu orang tak berdosa di dunia, rezim Amerika menjadi teroris terbesar di dunia. Lihat saja, dimana-mana AS melakukan peperangan kepada umat Islam baik secara hard power seperti membombardir dan menduduki Irak dan Afghanistan dengan ratusan ribu pasukan dan mesin-mesin pembunuh. Termasuk peperangan dengan jalan soft power yang berupa bantuan dana dan pelatihan seperti kepada negara Pakistan dan di negeri kita dalam rangka untuk mengebiri dan memberangus kekuatan Islam.

Tentu saja ini memicu munculnya perlawanan. Anehnya perlawanan tersebut kemudian oleh AS di labeli dengan sebutan “teroris” dan dengan label itu pula AS secara culas memaksa dunia Islam melalui penguasanya harus memilih apakah di belakang barisan AS atau bersama teroris. Padahal AS dan sekutunya-lah justru biang penyebab tidak stabilnya kehidupan ekonomi, politik dan keamanan di kawasan negeri-negeri kaum Muslimin. Yang ini menjadi landasan atas wajibnya umat Islam melakukan respon dengan cara yang mereka mampu. Cuma sekali lagi justru fakta-fakta ini hendak ditutupi dan justru kelompok Islamis (dengan cap kelompok Islam radikal-fundamentalis) menjadi kambing hitam. Adakah dalam catatan sejarah; umat Islam melakukan perlawanan tanpa ada sebab apapun?

Bukankah munculnya Darul Islam (DI/TII) pada 1949 pun merupakan reaksi Muslim pada ketidakadilan? Awalnya Muslim dan Kristen sudah menyepakati Piagam Jakarta yang menjamin berlakunya syariat Islam bagi Muslim. Baru sehari merdeka, kesepakatan itu dikhianati. Akibatnya terjadilah kezhaliman hukum. Umat Islam mayoritas tetapi dihalangi menjalankan hukum syariatnya. Mereka dipaksa tunduk pada hukum Kristen dan sekuler warisan Belanda. Apalagi diplomasi Soekarno waktu itu begitu mengalah pada Belanda, perundingan Rennville membuat Jawa Barat dikosongkan. Wilayah dan penduduknya yang Muslim seolah diserahkan pada Belanda. Inilah yang memicu Darul Islam berdiri. Ketidakadilan persoalan hukum dan ketidakpuasan karena diserahkan pada Belanda. Ini juga akar semua perlawanan Islam di Indonesia. Sebenarnya mereka hanya menuntut satu hal saja, bisa menegakkan syariat Islam untuk dirinya sendiri.

Bukankah Densus 88 dan BNPT selama ini telah terbukti menjadi ‘kaki tangan' negara-negara zionis-salibis yang nyata-nyata merupakan imperialisme global hari ini ? Dengan anggaran ratusan miliar pertahunnya mereka melakukan berbagai upaya untuk mengubah sikap dan cara pandang yang dianggap radikal/keras (julukan lain; fundamentalis) menjadi lunak; toleran, pluralis, moderat dan liberal. Definisi radikal sendiri menurut mereka diasosiasikan dengan mereka yang berbeda pandangan secara ekstrem dengan dunia Barat (Lihat laporan utama majalah Time ed. 13 September 2004 setebal sembilan halaman yang menjelaskan konsep radikal menurut kacamata Barat).

Bukankah definisi terorisme menurut mereka sejatinya hanyalah labelisasi kepada kelompok atau individu Muslim yang secara fisik atau non fisik mengancam kepentingan global imperialisme Barat. Akhirnya pemaknaan dan implementasi kontraterorisme melahirkan banyak korban dan umat Islam menjadi obyek sasaran. Operasi yang dilakukan BNPT dengan mengandalkan kepanjangan tangan kepolisian (Densus 88) pun dinilai sangat memojokkan umat dan aktivis Islam, serta sering kali melanggar HAM (Fakta dan data menunjukkan lebih dari 55 orang terduga teroris tewas dengan katagori extra judicial killing).

Bukankah rangkaian bom Natal dan bom Bali terjadi karena dipicu serangan Kristen pada Muslim di Ambon? Muslim dizhalimi tetapi tak ada pembelaan memadai dari aparat keamanan, pada titik ini pembalasan menjadi pilihan. Muslim di Kalimantan dibantai oleh Dayak Kristen, berlanjut ke Ambon dan Poso. Kasus di Poso bahkan menunjukkan adanya kerjasama Protestan dan Katholik. Kemudian, Muslim bereaksi dan melawan. Mereka berhasil membalas dan menghentikan kezhaliman Kristen. Tetapi mereka yang melawan kemudian diberi cap teroris dan disikat tanpa ampun dengan Densus 88. Unit khusus yang dibiayai Amerika dan Australia. Unit itu jelas sekali diproyeksikan untuk memusuhi Muslim. Mereka dipuji-puji ketika menangkap, menyiksa dan membunuh Muslim. Namun ketika mereka menangkap aktivis RMS, Australia mengancam akan menyelidiki kasus itu sebagai “pelanggaran HAM.”

Bahkan strategi hard power yang dilakukan Densus 88 dalam menangani terorisme selama ini hustru telah melahirkan trauma dan kebencian yang luar biasa bagi korban yang hidup dan sebagian keluarga korban atau orang-orang disekelilig mereka. Fakta di lapangan, seringkali terjadi tindakan nekat terhadap aparat kepolisian karena faktor dendam dan kebencian. Selama ini mereka sadar atau tidak justru merajut dan menjadi stimulator kekerasan yang tidak berujung. Makin arogan tindakan Densus88 dengan tindakan extra judicial killing dan tindakan-tindakan brutal lainya, maka makin menyemai dendam kusumat yang tak berkesudahan. Karena itu, jangan dengan mudahnya BNPT menebar lebel “teroris” dihadapan publik sementara BNPT sendiri sebenarnya ikut andil munculnya kekerasan-kekerasan bersenjata yang oleh BNPT di klaim sebagai tindakan terorisme.

Deradikalisasi yang dilakukan BNPT selama ini tak lebih hanyalah untuk membungkam semangat jihad kaum Muslimin. Sangat jelas bahwa AmerikaS ingin melemahkan semangat jihad Islam agar bisa leluasa menjajah negeri kita. Menguasai dan menguras potensi alamnya. Padahal melawan penindasan, perang dan militer adalah hal yang manusiawi. Manusia pasti ingin survive. Manusia pasti ingin melawan jika ditindas dan diperlakukan tak adil. Apapun agamanya, apapun rasnya. Bahkan semut pun menggigit jika manusia merusak sarangnya.Pecinta Islam
Previous
Next Post »

2 komentar

Click here for komentar
Unknown
admin
16 April 2013 pukul 19.33 ×

Mantaaap, ini artikel yang aku senang mengupas tentang kesewenang wenangan, ketidak adilan dan keserakahan. matur nuwun mas Bro

Reply
avatar