Sunan Bayat Dan Syekh Domba

Murid murid Sunan Kalijaga banyak sekali,seperti Sunan Bayat,Sunan Geseng.Ki Ageng Selo,Empu Supa dan lain lain.di sini kami mengisahkan tentang Sunan Bayat dan Syekh Domba.

Bupati Semarang pada waktu itu bernama Ki Pandhanarang,ia terkenal seorang bupati yang kaya raya.Ia juga pandai berdagang dan pandai mengambil keuntungan dari berdagang emas,intan,permata hingga sapi,kerbau dan kambing.kekayaannya saat itu di atas rata rata kekayaan pejabat,istrinya banyak,anaknya banyak dan relasinya juga banyak.Tak ada seorangpun mampu menggoyahkannya bahkan pejabat di tingkat pusat sekalipun.Sayang ada satu sifatnya yang tak baik,yaitu kikir alias bakhil atau medhit.

Ia mempunyai kendaraan yang bagus dan jempolan,beberapa ekor kuda terbaik dari Sumbawa.karena kuda dan sapinya banyak,maka tiap pagi membutuhkan rumput berkarung karung untuk santapan kuda dan sapinya.

Suatu ketika di musim kemarau,para pegawainya yang bertugas mencari rumput agak terlambat menyediakan santapan kudanya.Pada saat itu datanglah seorang penjual rumput memasuki halaman rumahnya.Umumnya pada waktu itu sepikul berharga 25 ketheng,tapi ia menawarnya dengan harga lima belas ketheng.Anehnya tanpa berbelit belit penjual rumput itu memberikanya begitu saja.

Esoknya penjual rumput bercaping lebar itu datang lagi.Kali ini ia datang lebih pagi dengan membawa rumput yang lebih segar dari kemarin.

" Pak tua,sepagi ini kau sudah membawa rumput sesegar ini.Dari mana kau memperolehnya?" tanyaKi Pandhanarang.

" Dari Gunung Jabalkat,Tuan...." jawab si penjual rumput.

Ki Pandhanaran merasa heran,sebab Gunung Jabalkat adalah tempat yang sangat jauh sekali.Setelah rumput itu di bayar seperti harga kemarin orang itu tidak segera beranjak pergi.

" Hei Pak Tua,apalagi yang kau tunggu? "

" Hamba ingin minta sedekah Tuan?"

Ki Pandhanarang merogoh sakunya tanpa menoleh ia melempar uang seketheng di hadapan kaki si penjual rumput,lalu ia beranjak pergi.Tapi si penjual rumput buru buru maju menghadang.

" Hamba tidak minta sedekah uang,yang hamba minta adalah bedhug berbunyi di Semarang."

Ki Pandhanarang mendelik penasaran.Minta bedhug berbunyi di Semarang? itu sama halnya dengan minta mendirikan masjid,dan menyebarkan agama Islam di Semarang.

" Kau jangan minta yang aneh aneh Pak Tua,sudah ambil saja uang itu dan cepat pergi dari sini"

"Hamba tidak butuh uang.Dapatkah uang dan harta menjamin keselamatan kita di akhirat kelak? "

Ki Pandhanaran merah wajahnya. " Hai Pak Tua! jangan menyepelekan uang dan harta.Dengan uang dan harta itulah seseorang terangkat derajatnya dan di hormati orang ".

" Hamba kira tidak! justru orang yang menjadi budak uang dan harta akan menjadi orang hina dan tidak berbudi pekerti,karena menghalalkan segala cara! "

"Pak Tua! Bicaramu makin tak karuan,apakah dengan pekerjaanmu sebagai penjual rumput itu kau merasa mulia.Apakah segala kebutuhan hidupmu,anak istrimu tercukupi? "

" Soal harta dan kebutuhan hidup hamba selalu ikhlas terhadap apa yang di berikan Tuhan.Kalau cuma menginginkan emas permata,sekali cangkul hamba bisa setiap saat mengeruk dari dalam tanah."

" Huh! Omonganmu semakin sombong saja Pak Tua! coba buktikan omong besarmu! jika memang terbukti aku akan berguru kepadamu,namun jika kau hanya berkoar atau main sulap maka kau akan ku hukum seberat beratnya! "

Ki Pandhanarang lalu menyuruh pembantunya mengambil cangkul dan di berikan kepada penjual rumput."Hayo! buktikan ucapanmu!"

Dengan tenang penjual rumput itu menerima cangkul,lalu di ayunkan pelan,dan ketika di tarik dari dalam tanah keluarlah bongkahan emas permata.Semua orang terbelalak takjub melihat kejadian itu.Ki Pandhanaran yang mata duitan itu berdiri terpaku di tempatnya sampai sampai ia tak menyadari lelaki penjual rumput itu sudah pergi.

Ki Pandhanarang baru sadar bahwa ia berhadapan dengan orang sakti berilmu tinggi.Maka segera di kejarnya ke mana orang itu pergi.Sebagai lelaki ia ingin memenuhi janjinya,berguru kepada si penjual rumput.Setelah mengerahkan segenap tenaganya barulah ia berhasil menyusul lelaki itu.

" Buat apa kau menyusulku? masih kurangkah bongkahan emas permata tadi bagimu? " tegur si penjual rumput itu.

"Bukan untuk itu saya kemari."

" Lalu apa mau?"

" Saya ingin berguru kepada Tuan."

"Berguru? Mau berguru apa,menimbun uang dan harta?"

"Bukan! saya ingin memperdalam agama Islam sehingga nantinya dapat saya gunakan untuk membimbing rakyat Semarang."

" Jadi kau mau memenuhi permintaanku untuk membunyikan bedhug di Semarang?".

"Benar Tuan."

"Berkorban dengan segala harta dan jiwa?"

"Saya bersedia...."
" Kalau begitu kau harus menjalankan ibadah selama hidupmu,jangan sampai teledor menegakkan shalat lima waktu.Kau harus beramal,dirikan masjid dan memberikan hartamu kepada fakir miskin dan orang orang yang berhak menerimanya.Jangan sekali kali kau terpikat oleh harta kecuali hanya sekedarnya saja sebagai bekal ibadah.Orang berguru itu harus meninggalkan rumah,maka jika segala hak yang ku pesan tadi sudah kau laksanakan segeralah kau susul aku ke Gunung Jabalkat."

" Wahai Tuan yang arif dan bijaksana.Ijinkah saya mengetahui gerangan Tuan ini sesungguhnya?"

" Aku adalah Sunan Kalijaga yang di perintah para dewan wali untuk mengajakmu bergabung sebagai anggota Walisongo,menggantikan Syekh Siti Jenar yang telah di hukum mati."

Mendengar nama besar Sunan Kalijaga serta merta Ki Pandhanarang berlutut untuk menghormat,namun seketika itu Sunan Kalijaga lenyap dari pandangan matanya.

Ki Pandhanarang pulang ke rumahnya.Kini ia berubah total,dulu pelit menjadi dermawan sekali.Suka bersedekah,ia juga yang memprakarsai dan menanggung biaya untuk pembangunan masjid di Semarang.ia juga yang memilih kayu yang terbaik beserta kulit sapi yang sangat bagus untuk di gunakan sebagai bedhug.

Ia membayar zakat sebagaimana keharusannya setiap muslim yang di wajibkan.Ia menyantuni anak yatim dan fakir miskin.Semua di laksanakan dengan ikhlas karena (ALLAH).Bukan sekedar publikasi agar namanya terkenal.Setelah tiba saatnya ia bermaksud menyusul Sunan Kalijaga di Gunung Jabalkat.

Salah seorang dari istrinya memaksa hendak ikut ke Gunung Jabalkat mendampingi dirinya.

" Baiklah kau boleh ikut tapi jangan membawa harta,itulah pesan guruku,harta hanya menjadi penghalan bagi tujuan luhur cita cita kita."

Keduanya lalu berpakain serba putih.Keduanya berjalan kaki ke Gunung Jabalkat.Ki Pandhanarangberjalan di muka dengan membawa tongkat,istrinya berjalan di belakang dengan membawa tongkat bambu yang di dalamn lubangnya di isi dengam emas dan permata.

Ki Pandhanarang yang berjalan di depan di cegat kawanan rampok,namun karena ia tidak membawa harta,ia segera di lepaskan begitu saja.Sebaliknya,Nyai Pandhanarang di cegat tiga perampok.Tongkatnya di rampas,isinya di keluarkan dan di jadikan rebutan.Tiga perampok itu besorak kegirangan setelah mendapat emas dan permata milik Nyai Pandhanarang.Sementara Nyai Pandhanarang menangis tersedu sedu,ia berteriak teriak memanggil suaminya yang berjalan jauh di depan.

" Kakangmas...! Apakah kau sudah lupa pada istrimu ? ini ada orang tiga berbuat salah." Hingga sekarang tempat kejadian itu di namakan Salatiga.

Akhirnya Nyai Pandhanarang dapat menyusul suaminya.Suaminya tidak kaget mendengar penuturan istrinya,karena ia sudah tahu bahwa sejak berangkat dari rumah,istrinya memang membawa emas dan permat.

" Itulah,kau tidak mematuhi saran guruku.Harta hanya menjadi penghalang tujuan luhur kita,sekarang kau berjalan di muka. "

Nyai Pandhanarang kemudian berjalan di muka.tidak berapa lama kemudian Ki Pandhanaran di cegat seorang perampok yang di kenal sebagai Ki Sambangdalan.

" Serahkan hartamu atau kau ku hajar hingga babak belur!" demikian ancam Ki Sambangdalan.

" Aku tidak membawa hartag!" Jawab Ki Pandhanaran.

Perampok itu tidak percaya,ia merampas tongkat Ki Pandhanarang.tentu saja tongkat itu tidak ada emasnya,karena hanya terbuat dari tongkat biasa.

" Di mana kau sembunyika hartamu?" hardik Ki Sambangdalan

" Aku tidak membawa harta!" jawab Ki Pandhanarang sambil terus melangkah.

Anehnya Ki Sambangdalan membiarkan saja korbanya berjalan,ia hanya berani mengancam saja tapi tidak berani memukuli Ki Pandhanarang.

Ki Sambangdalan terus mengikuti ke mana Ki Pandhanarang berjalan sambil mengeluarkan ancaman.lama kelamaan Ki Pandhanaran bosan dan risih mendengar ancaman Ki Sambangdalan.Maka ia berkata," kau ini bengal,keras kepala seperti domba saja!".

Aneh,seketika kepala Ki Sambangdalan berubah menjadi kepala seekor domba atau kambing,tetapi ia tidak menyadarinya.ia terus mengikuti kemana Ki Pandhanarang pergi.suatu ketika keduanya sampai di tepi sungai.melihat air Ki Sambangdalan merasa risih,ia takut terkena basah,lalu ia melihat bayangannya sendiri di air jernih maka menjeritlah ia.

" Waduuuh! ampuuun,mengapa kepalaku berubah menjadi domba?"

" Itu karena kesalahanmu sendiri." ujar Ki Pandhanarang

" Kembalikan ujud kepalaku seperti semula..." pinta Ki Sambangdalan

Ki Pandhanarang tidak menjawab,Ki Sambangdalan menjadi takut,maka ia terus ikut kemanapun Ki Pandhanarang pergi.

Perjalananpun sampai ke tempat tujuan,yaitu Gunung Jabalkat.tapi pada saat itu Sunan Kalijagasedang berdakwah ke luar daerah.Ki Pandhanarang berujar kepada bahwa Ki Sambangdalan ingin menjadi manusia normal ia harus bertirakat dan bertobat.Untuk menebus dosanya Ki Sambangdalanharus mengisi jun (padasan) dengan air di bawah bukit.Jun itu tidak tertutup sehingga apabila Ki Sambangdalan sampai di atas bukit airnya sudah habis.Tapi karna ingin kepalanya kembali seperti semula maka ia tidak putus asa,tiap hari dilakukannya pekerjaan itu sambil beristigfar,tobat minta ampun kepada Tuhan.

Pada suatu hari Sunan Kalijaga datang ke tempat itu.mereka bertiga segera duduk bersimpuh,secara ajaib kepala Ki Sabangdalan kembali seperti semula,jun tempat wudhu tiba tiba penuh dengan air tanpa ada yang mengisinya.Ketiga orang itu akhirnya belajar dengan tekun ilmu syariat dan hakikat agama Islam atas bimbingan Sunan Kalijaga yang gelar Guru Suci Ing Tanah Jawa.

Akhirnya mereka dapat mencapai tataran yang tinggi berkat ketekunan dan kesabarannya.Ki Pandhanarang menjadi seorang wali dan di sebut Sunan Bayat karena menyebarkan agama Islam di daerah Bayat.Sementara Ki Sambangdalan juga menjadi seorang wali dan di sebut Syekh Dombakarena kepalanya pernah menjadi domba.

Sunan Kalijaga memang sengaja menyadarkan Bupati Semarang tersebut untuk menjadi penggantiSyekh Siti Jenar yang telah di hukum mati karena di anggap sesat dan berlawanan dengan ajaran Walisongo.setelah menjadi wali Ki Pandhanarang mempunyai beberapa karomah,diantaranya adalah pada suatu ketika ia menyamar sebagai pelayan tukang pembuat kue serabi.Ikut berdagang ke pasar sambil membawa kayu bakar.Pada suatu hari pasar sangat ramai banyak orang membeli kue serabi,karena laris kayunya habis.Majikannya marah marah karena Sunan Bayat tidak membawa kayu yang banyak sehingga tidak cukup di gunakan melayani pembeli.

" Kau teledor! sekarang bagaimana? apakah tanganmu itu dapat kau gunakan sebagai pengganti kayu bakar?" hardik si majikan

Tanpa pikir panjang lagi Sunan Bayat memasukkan tangannya ke dalam tungku dapur dan tangan itu menyala mengeluarkan api.Gemparlah hari itu suasana pasar banyak orang nonton tangan yang mengeluarkan api dan banyak pula orang yang membeli ku serabi.

Setelah tahu bahwa pelayannya adalah Sunan Bayat mantan Bupati Semarang maka penjual kue serabi itu minta ampun berkali kali,akhirnya suami istri penjual kue srabi itu menjadi pengikut Sunan Bayat yang setia.
waallahua'lam.
Previous
Next Post »