Faham Mahdi Syi'ah dan Ahmadiyah dalam Perspektif


Oleh: Drs. Muslih Fathoni, M.A.
Bagian Kesembilan
PENUTUP
Ummat Islam dalam perjalanan sejarahnya, benar-benar telah mengalami perpecahan yang cukup serius. Peristiwa Saqifah yang merangsang kambuhnya penyakit fanatisme kekabilahan, adalah gejala awal dari suatu proses disintegrasi yang bertolak dari perebutan kekuasaan politik yaitu masalah kekhilafahan.
Munculnya kelompok yang ambisius, sebagai yang dilakukan oleh putera-putera Umayyah, lebih berorientasi pada kepentingan pribadi dan duniawi, justru merupakan faktor yang mempercepat proses perpecahan ummat Islam yang semakin meluas. Sebagaimana kenyataan dalam sejarah, perpecahan tersebut bermula dari perpecahan politis, tetapi kemudian berubah menjadi perpecahan yang bersifat teologis.
Luasnya daerah kekuasaan Islam, keluar dari Jazirah Arabia, membawa dampak baru dalam kehidupan sosio-kultural ummat Islam. Proses akulturasi kebudayaan dan kepercayaan antara Islam dan non-Islam, mendorong berbagai macam inovasi akidah yang sulit dihindarkan. Dan diantara kelompok Muslim yang terparah dalam menghadapi perpecahan tersebut adalah golongan Syi'ah. Karena golongan ini bersikap amat terbuka terhadap masuknya berbagai macam aspirasi budaya dan keagamaan, dengan demikian, aliran ini merupakan tempat yang paling aman bagi musuh-musuh Islam yang ingin meruntuhkannya dari dalam.
Diantara sekte-sekte Syi'ah terpenting ialah Syi'ah Kaisaniyyah, Imamiyyah, dan Syi'ah Zaidiyyah. Timbulnya berbagai kepercayaan yang aneh di kalangan sekte-sekte ini merupakan bukti nyata tentang adanya pengaruh paham atau kepercayaan yang non-Islam seperti: masalah imamah, aqidah ar-raj'ah, masalah gaibah, dan Mahdiyyah. Sekte yang paling konsisten dengan Islam dan lebih dekat dengan paham Ahlus-Sunnah, hanyalah Syi'ah Zaidiyyah, bila dibandingkan dengan sekte-sekte Syi'ah lainnya.
Sekte Imamiyyah adalah sekte yang banyak mendapatkan pengaruh dari berbagai kepercayaan keagamaan di luar Islam, seperti yang dialami oleh Syi'ah Isna 'Asyariyyah, sedangkan yang terparah adalah Syi'ah Isma'iliyyah atau Batiniyyah, dan yang telah keluar dari jalur Islam adalah golongan Kaisaniyyah. Faktor lain yang menyebabkan kaum Syi'ah menyimpang begitu jauh dari Islam adalah bahwa imam-imam yang mereka angkat dari keturunan 'Ali, hanya sebagai lambang saja. Mereka tidak memimpin atau mengorganisasikan langsung para pengikutnya, bahkan sebagian besar diantara mereka hidup di Madinah dan tetap konsisten dengan ajaran Islam serta jauh dari kaum pendukungnya.
Paham Mahdi rupanya telah tersebar luas di kalangan ummat Islam; tidak hanya di kalangan Syi'ah. Namun karena kalangan Syi'ah mengalami banyak kekecewaan yang mendalam, mendapat kekalahan beruntun dari lawan-lawan politiknya dan banyak di antara imam-imam mereka menjadi korban kekerasan politik, maka al-Mahdi mulai mereka interpretasikan sebagai tokoh legendaris yang penuh karisma. Dia akan datang di akhir zaman untuk memimpin dunia Islam yang adil dan membasmi kezaliman. Padahal pengertian seperti ini tidak terdapat baik dalam al-Quran maupun dalam kitab Sahih Bukhari maupun Sahih Muslim.
Apabila orang dengan jeli melihat para perawi hadis-hadis Mahdiyyah yang terdapat dalam kitab Kitab Sunan, dia akan merasa sulit untuk menerima hadis-hadis Mahdiyyah. Muktazilah dan Syi'ah Zaidiyyah tidak mengenal paham Mahdi yang erat kaitannya dengan masalah imamah, 'aqidah ar-raj'ah, dan masalah al-gaibah.
Al-Mahdi bagi kaum Syi'ah merupakan keyakinan yang prinsipal sebagaimana bagi kaum Ahmadiyah, terutama dari sekte Qadiani. Perbedaannya, tokoh Mahdi menurut sekte yang disebut terakhir ini berasal dari Persia, yaitu Mirza Ghulam Ahmad yang mengaku sebagai Imam Mahdi, al-Masih, serta Krishna dan bahkan dilambangkan sebagai Hakim Pengislah.
Versi kemahdian dua aliran diatas, membawa corak kemahdian yang berbeda. Mahdiisme Syi'ah lebih bersifat politis dan mengarah pada tindakan balas dendam terhadap lawan-lawan politiknya. Oleh karena itu, pengikut paham Mahdi di Iran, tampaknya merasa kurang senang terhadap kepemimpinan Islam di tangan bangsa Arab, karena bangsa Iran merasa pernah diperlakukan sebagai masyarakat kelas dua pada masa dinasti Umayyah. Oleh karenanya al-Mahdi yang mereka yakini dilambangkan sebagai al-Qa'im yang akan bangkit untuk mengadili dan menghukum musuh-musuhnya dari bangsa Arab. Sedangkan corak kemahdian Ahmadiyah bersifat pembaharuan. Tampaknya mereka terus berupaya mewujudkan ide kemahdiannya, terutama di kalangan Kristen Barat, dengan menunjukkan kebenaran Islam melalui berbagai media cetak. Rupanya Tokoh Mahdi Ahmadiyah berkeyakinan bahwa untuk mempersatukan ummat beragama dan menjauhkannya dari sikap permusuhan diantara mereka, hanyalah dengan jalan membawa mereka ke dalam Islam dengan menunjulckan bukti-bukti kekeliruan agama mereka.
Setiap pembaharuan terutama di kalangan masyarakat tradisional, tidaklah berjalan secara mulus, sebab tokoh pembaharunya harus mengubah pikiran masyarakat, agar mereka mau menjadi pendukung dan pelaksana ide pembaharuannya. Mahdi Ahmadiyah yang tampil sebagai Mujaddid abad ke-14 H, rupanya membawa pemikiran yang menimbulkan kesalahpahaman yang cukup serius diantara sesama Muslim, sehingga terjadi saling mengkafirkan satu sama lain. Term-term keagamaan yang dipakainya justru merupakan sesuatu yang sangat sensitif dan tabu untuk dibicarakan sehingga mengundang reaksi yang cukup keras, seperti istilah menerima wahyu, mengaku menjadi nabi, penjelmaan al-Masih ibn Maryam dan lain sebagainya.
Sekalipun demikian, Ahmadiyah Lahore ternyata lebih dekat dengan golongan Sunni, bila dibandingkan dengan Ahmadiyah Qadian. Sekte ini masih tampak relatif lebih baik daripada sekte-sekte Syi'ah lain selain Zaidiyyah.
Bagaimanapun alasan yang hendak dikemukakan oleh penganut paham Mahdi, penulis berpendapat bahwa landasan idiil paham ini pada dasarnya bermula dari keinginan-keinginan kaum Syi'ah untuk bangkit merebut kekuasaan politik di dunia Islam sesudah mereka mengalami kekecewaan mendalam akibat kekalahan yang beruntun. Perumusan ide sentral Syi'ah ini diwarnai oleh unsur-unsur keyahudian, kenasranian, dan unsur kepersiaan sehingga terbentuklah paham Mahdi seperti yang dikenal sekarang ini, kemudian diciptalah hadis-hadis Mahdiyyah. Hadis-hadis Mahdiyyah tersebut penuh dengan pernyataan yang kontroversial, tetapi kemudian dicari relevansinya dengan ayat-ayat al-Quran yang mereka pandang tepat, baik oleh kelompok Syi'ah sendiri maupun golongan Ahmadiyah. Oleh karena itu, hadis-hadis Mahdiyyah tampak lebih mencerminkan identitas dan kepentingan kelompok Islam tertentu daripada mencerminkan idealisme Islam secara universal.
Dalam mengoperasikan paham Mahdi ini, masing-masing kelompok mempunyai pandangan yang berbeda tentang siapa sebenamya tokoh Mahdi itu? Di kalangan Syi'ah dan Ahmadiyah terdapat gambaran yang sangat kontras. Di satu pihak Syi'ah menggambarkannya sebagai pemimpin yang otoriter tetapi, di pihak lain, Ahmadiyah menggambarkannya sebagai pemimpin pembaharuan yang santun dan tidak suka menempuh jalan kekerasan dalam menghadapi lawan-lawannya. Akan tetapi tepat kiranya jika gambaran tersebut dikembalikan pada arti kata "al-Mahdi" itu sendiri, yakni orang yang telah mendapatkan petunjuk dan berinisiatif untuk menunjukkan orang lain ke jalan yang benar. Dengan perkataan lain, ia adalah mubalig Islam yang tangguh dan mampu menegakkan Islam ditengah-tengah masyarakat yang telah rusak.
Penyebaran isu al-Mahdi diawal kemunculannya adalah sangat efektif, terutama di kalangan masyarakat awam. Melalui berbagai kegiatan isu itu berpengaruh sehingga terbentuklah paham Mahdi ditengah masyarakat luas. Paham ini kemudian dianggap dan, bahkan, dijadikan keyakinan yang memiliki dasar-dasar otentik.
Sekalipun demikian, paham Mahdi adalah salah satu faktor yang dapat digunakan untuk memotivasi dan membakar semangat perjuangan guna menegakkan Islam dan kemerdekaan ummat tertindas, seperti yang pernah terjadi di Jawa khususnya di zaman kolonial Belanda. Dan paham semacam ini, sewaktu-waktu tetap akan dimanfaatkan oleh masyarakat Islam untuk melawan kezaliman atau penjajahan, apabila kondisinya memungkinkan untuk itu. Asal saja paham tersebut tidak dijadikan sebagai prinsip keyakinan, sehingga orang tidak akan dikatakan sebagai pencipta atau pengikut bid'ah akidah.
Berkaitan dengan paham kewahyuan Syi'ah dan Ahmadiyah, rupanya tidak jauh berbeda. Sekiranya ada perbedaan, perbedaan itu tidak dapat dikatakan prinsipal. Demikian pula halnya dalam doktrin kenabiannya. Bahkan konsep kewahyuan dan kenabian dalam Ahmadiyah tampaknya banyak dipengaruhi oleh ajaran Syi'ah Isna 'Asyariyyah. Namun demikian golongan Ahmadiyah, berbeda dengan sekte Syi'ah, tetap dianggap sebagai sekte baru dari golongan Sunni, sekalipun mereka telah dipandang keluar dari Islam dan tidak diakui sebagai sekte golongan Sunni itu sendiri.
Kedua golongan tersebut memandang al-Mahdi sebagai tokoh karismatik yang harus diyakini sebagaimana meyakini seorang rasul atau nabi. Dan mereka juga memandang hadis-hadis Mahdiyyah sebagai hadis mutawatir (otentik) meskipun, jika dikaji secara selektif dan dilihat dari aspek sejarah perkembangan paham Mahdiisme, hadis-hadis Mahdiyyah tersebut adalah palsu adanya.
Untuk itu, diharapkan agar ummat Islam tidak mudah terpengaruh oleh slogan-slogan Mahdiisme yang kadang-kadang dimanfaatkan oleh orang-orang yang kurang atau tidak bertanggung jawab. Apalagi jika slogan-slogan Mahdiisme tersebut dijadikan sarana untuk mengadakan perlawanan terhadap pemerintahan yang sah, yang melindungi dan menghormati agama dan kehidupan beragama dan khususnya agama Islam. Demikian pula diharapkan agar lembaga-lembaga atau organisasi-organisasi Islam yang bergerak di bidang sosial keagamaan tetap waspada dan berhati-hati dalam menghadapi semacam gerakan Mahdiisme yang berbau politik.
Dengan demikian, ummat Islam akan hidup dengan tenang dan tidak mudah terbawa atau terseret ke dalam pergolakan-pergolakan yang akan merugikan diri sendiri dan ummat Islam pada umumnya. Demikian pula hendaknya ummat Islam tidak mudah terpancing dan dilibatkan oleh pihak-pihak yang ingin mempertentangkan penguasa dengan kaum Muslimin Indonesia. Semoga kiranya buku ini dapat dirasakan manfaatnya secara luas oleh para pembacanya.


LAMPIRAN
A. HADIS-HADIS MAHDIYYAH VERSI SYI'AH YANG ERAT KAITANNYA DENGAN AHLUL-BAIT
01. Dari 'Ali r.a., bersabdalah Rasulullah SAW.: "al-Mahdi itu adalah dari (keturunan) kami, Ahlul-Bait, Allah akan memperbaikinya dalam satu malam." (HR. Ahmad).
02. Dari Ummu Salamah, ia berkata: "Aku dengar Rasulullah SAW. bersabda: "Al-Mahdi itu adalah dari keturunanku, yakni putera Fatimah." (HR. Abu Dawud, Ibn Majah, Tabrani, dan al-Hakim).
03. Dari 'A'isyah r.a., ia berkata: Rasulullah SAW. bersabda: "Al-Mahdi itu adalah seorang laki-laki dari keturunanku, ia berperang atas dasar sunnahku, sebagaimana aku berperang atas dasar wahyu." (HR. Nu'aim ibn Hammad)
04. Dari Huzaifah r.a., berkata: Rasulullah SAW. bersabda: "Al-Mahdi itu adalah seorang laki-laki dari anak keturunanku, warna-(kulit)-nya, warna Arab, (postur) tubuhnya, tubuh orang Israil, pada pipi sebelah kanan ada tai lalat. Seakan-akan dia seperti bintang bercahaya, ia memenuhi bumi dengan keadilan, sebagaimana dipenuhinya bumi itu oleh kecurangan. Pengikut bumi dan langit, burung di udara merasa senang pada kekhilafannya." (HR. Rauyani dan Abu Nu'aim) .
05. Dari Husain r.a., bahwasanya Nabi SAW. bersabda: "Gembirakanlah hai Fatimah, al-Mahdi itu dari (keturunanmu)." (HR. Ibn 'Asakir)
06. Dari Huzaifah r.a., berkata: "Rasulullah SAW. Bersabda: "Al-Mahdi itu adalah seorang laki-laki dari anak(keturunan)ku, wajahnya seperti bintang bercahaya." (HR. Rauyani dan Abu Nu'aim)
07. Dari 'Ali dari Nabi SAW. bersabda: "Seandainya masa itu hanya tinggal sehari, pastilah Allah mengutus seorang laki-laki (al-Mahdi) dari Ahl Bait-ku yang akan memenuhi masa itu dengan keadilan sebagaimana ia dipenuhi oleh kecurangan." (HR. Abu Dawud)
08. Dari Ibn Mas'ud dari Nabi SAW. bersabda: "Nama al-Mahdi adalah Muhammad." (HR. Nu'aim ibn Hammad)
09. Dari 'Ali r.a., dan ia memandang puteranya Hasan, maka ia berkata: "Sungguh anakku adalah seorang sayyid, sebagaimana Nabi SAW. menamakannya. Dan akan lahir seorang laki-laki dari tulang sulbi (punggung)nya yang diberi nama dengan nama nabi kalian (Muhammad) SAW. yang menyerupai perangainya, tetapi tidak serupa kejadian (penciptaan)nya, kemudian menyebutkan sebuah kisah (al-Mahdi) akan memenuhi bumi dengan keadilan." (HR. Abu Dawud)
10. Nari Abu Sa'id r.a. dari Nabi SAW., bersabda: "Al-Mahdi itu dari (keturunan)ku, keningnya luas, hidungnya mancung, dia akan memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana bumi itu dipenuhi oleh kezaliman dan kecurangan, ia berkuasa selama tujuh tahun." (HR. Ahmad, Ibn Abi Syaibah, Ibn Majah, Nu'aim ibn Hammad, dan al-Hakim)
11. Dari Abu Sa'id r.a., dari Nabi SAW. bersabda: "Al-Mahdi itu dari (keturunan) kami Ahlul-Bait, seorang laki-laki dari ummatku, hidungnya mancung, dia akan memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana ia dipenuhi oleh kecurangan." (HR. Abu Nu'aim)
12. Dari Anas r.a., "Aku mendengar Rasulullah bersabda: "Kami tujuh orang putera 'Abdul-Muttalib yang menjadi penghulu ahli surga: Aku, Hamzah, 'Ali, Ja'far, Hasan, dan Husain, dan al-Mahdi." (HR. Ibn Majah dan Abu Nu'aim)
13. Dari 'Auf ibn Malik r.a., bahwasanya Nabi SAW. bersabda: "Akan datang fitnah yang gelap gulita, yang diikuti oleh fitnah-fitnah yang satu terhadap yang lain, sehingga keluarlah seorang laki-laki dari Ahlul-Bait-ku yang disebut al-Mahdi. Maka apabila kamu menjumpainya, ikutilah dia, dan jadilah kamu tergolong orang yang mendapat petunjuk." (HR. Tabrani)
14. Dari Abu Sa'id al-Khudri, ia berkata: Rasulullah SAW. mengingatkan: "Akan menimpa ummat ini suatu bencana sehingga tidak ada tempat untuk berlindung yang dapat melindunginya dari (tindak) kezaliman, kemudian Allah mengutus seorang laki-laki dan keturunan Ahlul-Bait-ku. Maka dia memenuhi bumi dengankeadilan sebagaimana ia dipenuhi oleh kezaliman, penghuni langit dan bumi merasa senang kepadanya. Langit tidak menyerukan sesuatu pun dari titik-titik hujannya, kecuali ia menurunkannya dengan deras, dan bumi tiada (pula) menyerukan sesuatu pun dari tumbuh-tumbuhannya, sehingga orang yang telah mati (bisa hidup kembali). Al-Mahdi saat itu hidup tujuh atau delapan tahun (lamanya)." (HR. al-Hakim)
15. Dari 'Ali al-Hilali r.a., bahwasanya Rasulullah SAW. bersabda kepada (puterinya) Fatimah: "Demi Tuhan yang mengutus aku membawa kebenaran, sesungguhnya dari kedua (puteramu) yakni Hasan dan Husain, Mahdi ummat ini, apabila dunia telah menjadi goncang karena pertempuran, fitnah merajalela, jalan-jalan terputus, sebagian(manusia) menyerang satu sama lain, maka yang tua tiada (lagi) sayang kepada yang muda, dan yang muda tiada lagi menaruh hormat kepada yang tua. Maka pada saat itu Allah mengutus dari (keturunan) Hasan dan Husain, seorang yang akan membobol benteng kesesatan dan hati-hati yang pekat. Dia akan menegakkan agama (Islam) pada akhir zaman, sebagaimana aku (Muhammad SAW.) menegakkan agama itu di masa pertama. Dia akan memenuhi bumi dengan keadilan, sebagaimana ia dipenuhi oleh kecurangan." (HR. Tabrasõi dan AbE Nu'aim)
16. Dari 'Ali ibn Abi Talib, bahwasanya ia bertanya kepada Rasulullah SAW.: "Apakah al-Mahdi itu dari (keturunan) kita atau selain kita, ya Rasulullah?" Jawab Nabi: "Bahkan dari (keturunan) kita. Pada kita Allah menutup (para nabi) sebagaimana pada kita Allah telah memberi kemenangan. Karena kitalah (manusia) terselamatkan dari kemusyrikan, dan karena kita pula Allah menjinakkan diantara hati-hati mereka, sesudah permusuhan yang jelas, sebagaimana Allah telah menjinakkan hati-hati mereka sesudah permusuhan (karena) syirk?" (HR. Tabrani)
17. Dari Ibn Mas'ud r.a., ia berkata: Nabi bersabda": "Seandainya (umur) dunia tinggal satu malam saja, pasti Allah memanjangkan malam itu, sehingga seorang dari Ahlul-Baitku berkuasa, namanya serupa dengan namaku, dan nama bapaknya serupa dengan nama ayahku. Dia akan memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana ia dipenuhi oleh kezaliman dan kecurangan, dan ia membagi-bagikan harta secara rata. Dan Allah menjadikan hati ummat ini merasa kaya, maka ia (al-Mahdi) menetap (di bumi) selama tujuh atau sembilan (tahun) dan sesudah itu, tidak ada lagi kebaikan dalam hidup." (HR. Abu Nu'aim)
B. HADIS-HADIS MAHDIYYAH VERSI 'ABBASIYYAH YANG JUGA BERHUBUNGAN DENGAN AHLUL-BAIT, ATAU HANYA MENUNJUKKAN IDENTITAS KELOMPOK ATAU GOLONGANNYA.
1. Dari Ibn Masud r.a., ia berkata: Sewaktu kami berada di samping Rasulullah SAW., tiba-dba datang sekelompok pemuda dari Bani Hayim, maka setelah nabi melihat mereka, tergenanglah air matanya dan berubahlah warna (muka)nya. Maka aku pun bertanya: "Kami senantiasa melihat wajahmu (berubah) ada sesuatu yang dibencinya," maka ucap beliau: "Sungguh kami dari Ahlul-Bait, yang Allah telah memilihkan untuk kami kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia. Dan sesunggunnya Ahlul-Bait-ku sesudahku nanti akan menemui bencana dan pengusiran sehingga datang sekelompok orang dari sebelah timur yang membawa bendera hitam. Mereka menuntut hak, maka hak itu tidak diberikan lalu mereka memeranginya, mereka pun kemudian memperoleh kemenangan. Selanjutnya apa (hak) yang telah mereka minta itu diberikan, tetapi mereka tidak mau menerimanya, sehingga mereka memberikannya kepada seorang laki-laki dari Ahlul-Bait-ku. Kemudian dia memenuhinya (bumi) dengan keadilan sebagaimana dipenuhinya (bumi) itu oleh kecurangan. Maka barangsiapa diantara kalian yang menjumpai yang demikian itu, hendaklah mendatangi mereka sekalipun harus merangkak diatas salju, maka sebenarnya merekalah al-Mahdi." (HR. Ibn Abi Syaibah, Nu'aim ibn Hammad dan Ibn Majah dan Abu Nu'aim)
2. Dari Sa'id ibn Musayyab, ia berkata: Rasulullah bersabda: "Bendera-bendera hitam milik Bani muncul dari Arab timur, kemudian mereka tinggal (disitu) selama dikehendaki Allah, kemudian (pasukan) kecil berbendera hitam muncul memerangi seorang laki-laki dari putera Abu Sufyan dan kawan-kawannya, dari sebelah timur, mereka diharuskan taat pada al-Mahdi." (HR. Nu'aim ibn Hammad)
3. Dari Sauban r.a., ia berkata: "Rasulullah SAW., bersabda: "Tiga (orang) kesemuanya adalah putera Khalifah akan berperang dekat tempat perbendaharaanmu, kemudian tidak seorang pun dari mereka yang memperolehnya. Lalu dari arah timur muncul (pembawa) bendera-bendera hitam memerangi kalian, dengan (cara) berperang yang belum pernah digunakan oleh suatu kaum pun kemudian datang Khalifatullah al-Mahdi. Apabila kalian mendengarnya, maka datangilah dia dan berbai'atlah padanya, sekalipun (harus) merangkak diatas salju, maka sesungguhnya dia adalah Khalifatullah al-Mahdi. (HR. Ibn Majah, al-Hakim, dan disahihkan oleh Abu Nu'aim)
4. Dari Sauban al-Baihaqi, berkata: RasululIah SAW. bersabda: "Apabila kalian melihat bendera-bendera hitam datang dari Khurasan, maka datangilah dia, sesungguhnya disana ada Khalifatullah al-Mahdi." (Musnad Imam Ahmad dalam Dala'ilun-Nubuwwah. Juga diriwayatkan oleh Nu'aim ibn Hammad, al-Hakim, dan Abu Nu'aim.)
5. Dari 'Amr ibn Yasir, berkata: Rasulullah bersabda: "Hai 'Abbas! Sesungguhnya perkara ini (kepemimpinan ummat), Allah telah memulai dengan (mengutus) aku, dan akan diakhirinya oleh seorang laki-laki dari putera (keturunan)-mu, Dia akan memenuhinya (bumi) dengan keadilan sebagaimana bersama-sama 'Isa a.s." (Lihat dalam Kanzul-'Ummal, Juz VII, hlm. 177)
C. HADIS-HADIS MAHDIYYAH VERSI UMAYYAH
1. Dari 'Ali, Nabi SAW., bersabda: "Akan muncul seorang laki-laki dari belakang (lembah) sungai yang disebut al-Haris seorang petani yang didahului oleh seorang laki-laki yang disebut Mansur. Dia tinggal atau menetap bersama keluarga Muhammad SAW., sebagaimana orang Quraisy tinggal bersama Rasululluh SAW., dan wajib bagi setiap Mukmin menolongnya atau memenuhi ajakannya."
2. Rasulullah SAW., bersabda: "Ya Allah jadikanlah dia pemimpin dan al-Mahdi." (HR. Tirmizi)
Tampaknya hadis Mahdiyyah seperti ini, tidak banyak ragamnya, namun demikian, dengan disebutnya nama al-Mansur, jelas hadis Mahdiyyah tersebut menunjukkan identitas Bani Umayyah.
D. HADIS-HADIS MAHDIYYAH YANG BERSIFAT UMUM, TANPA MENYEBUTKAN IDENTITAS KELOMPOK TERTENTU
01. Dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi SAW. bersabda: "Akan ada diantara ummatku al-Mahdi, jika umurnya pendek maka (sampai) tujuh, jika tidak, maka delapan dan jika tidak juga, maka sembilan tahun. Ummatku akan memperoleh kenikmatan yang belum pernah mereka perolehnya seperti itu, (baik dari golongan) orang baik-baik di antara mereka maupun dari orang jahat. Allah akan menurunkan hujan lebat pada mereka, dan bumi tidak akan menahan tumbuh-tumbuhan sedikit pun, dan harta benda akan bertumpuk-tumpuk. Seorang berseru, "Hai Mahdi! berikanlah harta itu kepadaku!" Maka jawabnya: "Ambillah"! (HR. ad-Daruqutni dar Tabrani)
02. Dari Abu Sa'id r.a., Sungguh Rasulullah SAW. Telah bersabda": "Al-Mahdi akan muncul dari ummatku, Tuhan akan menurunkan hujan untuk manusia, ummat akan merasa senang, ternak hidup (dengan aman), dan bumi menumbuhkan tumbuh-tumbuhannya dan harta akan diberikan dengan merata." (HR. Abu Nu'aim dan al-Hakim)
03. Dari Abu Sa'id al-Khudri r.a., dari Nabi SAW. bersabda: "Sungguh dari ummatku (nanti) akan muncul al-Mahdi, yang hidup (bersama pengikutnya) lima, tujuh, atau sembilan - Sa'id yang meriwayatkan hadis ini - ragu-ragu. Lalu kami bertanya, apa maksudnya yang demikian itu?" Ia menjawab: "Tahun." Sabda Nabi selanjutnya: "Maka datanglah seorang laki-laki kepadanya, lalu berkata: "Hai Mahdi berilah aku!" Kata Mahdi: Kemudian ia datang kepadanya membawa (sesuatu) dengan kainnya sekuat-kuat ia membawanya." (HR. Tirmizi dan katanya ini hadis hasan-sahih)
04. Dari Abu Sa'id r.a., ia berkata: Rasulullah bersabda: "Ketika masa (kedamaian) terhenti, dan fitnah merajalela (datang) seorang laki-laki yang disebut al-Mahdi yang pemberiannya dapat menenangkan." (HR. Nu'aim dan Abu Nu'aim)
05. Dari Abd Sa'id r.a., bahwasanya Nabi SAW. Bersabda: "Akan ada (nanti) di kalangan ummatku seorang bernama al-Mahdi, jika umurnya sedang, maka tujuh, apabila tidak, maka sembilan (tahun tinggal bersama pengikutnya). Ummatku akan mendapat kenikmatan yang belum pernah terdengar sama sekali nikmat seperti itu. (Tumbuh-tumbuhan) akan memberikan hasilnya dan tak ada sesuatupun yang ditahannya dari mereka. Harta pada saat itu bertimbun-timbun lalu berdirilah seorang lelaki dan berkata: "Hai Mahdi berilah aku (sesuatu)." Jawabnya: "Ambillah olehmu." (HR. Ibn Majah)
06. Dari ibn 'Umar r.a., berkata, Nabi SAW. bersabda: "Al-Mahdi akan muncul dan kepalanya bersorban. Besertanya seorang penyeru yang berseru (kepada orang banyak) - Inilah Mahdi Khalifatullah, karena itu ikutilah dia. (HR. Abu Nu'aim)
07. Dari 'Umar r.a., ia berkata: Rasulullah SAW. Bersabda: "Al-Mahdi akan muncul dan diatas kepalanya ada malaikat yang berseru: Ini adalah al-Mahdi, karena itu ikutilah dia!" (HR. Abu Nu'aim)
08. Dari 'Abdullah ibn Sa'id az-Zubaidi berkata: Rasulullah SAW. bersabda: "Manusia akan keluar dari arah timur menyerahkan kekuasaan kepada al-Mahdi." (HR. Ibn Majah dan Tabrani)
09. Dari 'Amr ibn 'As berkata: "Tanda akan munculnya al-Mahdi, apabila ada pasukan tentara terbenam di daerah Baida' (antara Mekkah dan Madinah), maka itulah tanda keluarnya Mahdi." (HR.Nu'aim)
10. Dari Abu Sa'id r.a., ia berkata: Rasulullah bersabda: "Aku beri kalian kabar gembira tentang al-Mahdi yaitu, dia seorang laki-laki dari suku Quraisy, yang dikirim untuk ummatku ketika manusia dalam perselisihan dan keguncangan. Maka ia akan memenuhi bumi dengan keadilan, sebagaimana bumi telah dipenuhi oleh kecurangan dan kezaliman. Penghuni langit dan bumi akan merasa senang kepadanya. Ia akan membagi-bagikan harta benda secara benar (adil), kemudian ada seorang laki-laki bertanya kepadanya: "Apakah arti benar itu"? Jawabnya: "Diantara manusia (akan memperoleh bagian) yang sama. Dan hati ummat Muhammad akan dipenuhi oleh rasa kaya, dan keadilannya merata (diantara) mereka, sehingga dia menyuruh seorang penyeru yang berseru: "Barang siapa butuh (pertolongan) ku, maka tak seorang pun yang datang kepadanya, kecuali seorang laki-laki, lalu ia meminta sesuatu kepadanya." Al-Mahdi berkata: Datanglah kepada petugas yang mengurusnya, sehingga ia memberimu!" Kemudian ia datang kepadanya (petugas itu) dan mengatakan: "Aku adalah utusan Mahdi kepadamu, agar kamu memberiku harta kepadaku." Selanjutnya ia menyatakan: "Akulah diantara ummat Muhammad seluruhnya yang paling loba nafsunya, mereka semua (jika) diiming-iming dengan harta ini, maka ia tinggalkan harta itu, selain aku, lalu harta itu dikembalikan kepadanya, lalu berkatalah petugas itu: "Sungguh kami tidak akan menerima lagi apa yang telah kami berikan." Maka tinggallah Mahdi (bersama pengikutnya) dalam keadaan yang demikian itu, enam, atau tujuh, atau delapan, atau sembilan tahun. Dan sepeninggalnya tidak ada lagi kehidupan yang sebaik itu." (HR. Ahmad, al-Mawardi, dan Abu Nu'aim)
11. Dari Abu Sa'id al-Khudri r.a., dari Nabi SAW. bersabda: "Akan berkumpullah bersama-sama al-Mahdi, ummat (pengikut)nya seperti berkumpulnya lebah pada ratunya. Ia akan memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana ia dipenuhi oleh kecurangan sehingga manusia menjadi sebagaimana halnya keadaan mereka yang mula-mula, tidak membangunkan orang yang tidur dan tidak pula mengalirkan darah." (HR. Nu'aim ibn Hammad)
E. HADIS-HADIS MAHDIYYAH YANG MENUNJUKKAN ADANYA DUA PERSON YANG BERBEDA, ANTARA AL-MAHDI DENGAN 'ISA AL-MASIH
1. Dari Jabir r.a., ia berkata: Rasulullah bersabda: "'Isa ibn Maryam akan turun, lalu ia bersabda: Pemimpin mereka (ummat Islam saat itu) adalah al-Mahdi. Marilah salat bersama kami. Ia menjawab: "Ingatlah! Bahwasanya sebagian kamu menjadi pemimpin pada sebagian yang lain, sebagai penghormatan Allah kepada ummat (saat) ini." (HR. Abu Nu'aim)
2. Dari Jabir ibn 'Abdillah r.a., berkata: Rasulullah SAW. bersabda: "Segolongan ummatku akan selalu berperang membela kebenaran, sehingga turunlah 'Isa ibn Maryam pada saat fajar terbit di Baitul-Maqdis (Palestina). Ia turun pada al-Mahdi, maka dikatakan: "Majulah hai Nabi Allah! dan salatlah bersama kita." Maka ia berkata: "Ummat ini menjadi pemimpin (amir) sebagian yang satu pada sebagian yang lain." (HR. Ibn Amr ad-Dani)
3. Dari Khuzaifah r.a., berkata: "Rasulullah SAW., bersabda: "Mahdi memalingkan mukanya, dan sungguh 'Isa ibn Maryam telah turun seakan-akan air menetes dari rambutnya, maka berkatalah Mahdi: Majulah kemuka dan salatlah bersama-sama manusia. 'Isa menjawab: "Sesungguhnya salat itu diiqamati adalah untukmu, lalu salatlah 'Isa al-Masih di belakang seorang laki-laki (al-Mahdi) dari anak keturunanku." (HR. Abu 'Amr ad-Dani)
4. Dari Abu Umamah r.a., ia berkata: Rasulullah telah berkhutbah pada kita dan beliau menyebut-nyebut tentang dajjal, dan bersabda: "Kota Madinah akan bersih dari kotoran yang mengotorinya, sebagaimana seperti alat peniup api (tukang besi) membersihkan kotoran besi. Hari itu akan disebut sebagai hari kelepasan (Yaumul-Khalas)." Ummu Yuyaik berkata: "Dimanakah saat orang-orang Arab hai Rasulullah?" Nabi menjawab: "Mereka pada hari itu sedikit (jumlahnya) kebanyakan mereka berada di Bait al-Maqdis dan imam mereka adalah al-Mahdi, seorang laki-laki saleh. Sewaktu imam mereka telah maju (untuk) salat subuh bersama mereka, tiba-tiba turunlah 'Isa ibn Maryam kepada mereka waktu itu. Maka imam pun surut ke belakang supaya dia 'Isa menjadi imam. Kemudian ia meletakkan tangannya diantara kedua bahunya kemudian Isa berkata kepada al-Mahdi: "Majulah (sebagai imam) dan salatlah, maka sebenamya salat yang telah diiqamati itu adalah untukmu." Maka salatlah bersama mereka imam mereka." (HR. Ibn Majah, Ibn Khuzaimah, Abu 'Uwanah, al-Hakim, Abu Nu'aim)
5. Dari Ibn 'Abbas r.a., ia berkata: Rasulullah SAW. bersabda: "Tidak akan binasa suatu ummat, yang aku sebagai pemulanya, 'Isa ibn Maryam sebagai penutupnya, dan al-Mahdi pada pertengahannya." (HR. Abu Nu'aim)
F. HADIS-HADIS MAHDIYYAH YANG MENGIDENTIKKAN ANTARA 'ISA AL-MASIH DENGAN AL-MAHDI. HADIS-HADIS BERIKUT INILAH YANG DIPEGANGI OLEH GOLONGAN AHMADIYAH
1. Dari Anas ibn Malik dari Nabi SAW., bahwasanya beliau bersabda: "Tidak seorang pun (sebagai) al-Mahdi, kecuali 'Isa ibn Maryam." (HR. Baihaqi dan al-Hakim)
2. "Hampir dekat masanya, orang yang hidup di antara kalian, akan berjumpa dengan 'Isa ibn Maryam sebagai Imam Mahdi."
3. Dari Anas r.a., Nabi SAW. bersabda: "Keadaan (manusia) tidak akan bertambah, kecuali hanya kesusahan, dunia tiada bertambah (damai) melainkan semakin surut ke belakang, tiada bertambah (sikap) manusia kecuali semakin loba, tidaklah hari kiamat akan terjadi, melainkan manusia semakin bertambah jahat, dan tiada Mahdi akan muncul kembali 'Isa ibn Maryam." (HR. Ibn Wajah)
4. Sabda Nabi SAW.: "Hampir (tiba masanya) orang yang hidup antara kalian akan berjumpa dengan 'Isa ibn Maryam sebagai Imam Mahdi dan sebagai hakim yang adil." (HR. Ahmad)
5. Nabi bersabda, bahwa al-Mahdi akan menyatakan: "Dan barang siapa ingin melihat 'Isa al-Masih dan Sam'un, maka aku inilah (Mahdi) orangnya." (Birhar al-Anwar, juz 13, hlm. 202)
6. Dari Khuzaifah ibn Yaman, berkata: "RasululIah SAW. bersabda: "Apabila telah lewat 1240 tahun, Allah akan mengutus al-Mahdi." (an-Najmus-Saqif, Juz: II, halaman 209)
Golongan Ahmadiyah memandang hadis tersebut sebagai ramalan Nabi yang tepat, karena menurut mereka, Mirza Ghulam Ahmad yang dipandang sebagai al-Mahdi telah lahir pada tahun 1250 H, dan mendakwahkan dirinya sebagai al-Mahdi dan al-Masih, tahun 1290. Dan kelahirannya tersebut ditandai dengan terjadi dua kali gerhana, yaitu gerhana bulan di awalRamadan dan gerhana matahari dipertengahannya, sebagai dinyatakan dalam hadis berikut ini:
7. Dari Muhammad ibn 'Ali berkata: "Sesungguhnya (kelahiran) Mahdi kita, ditandai oleh dua hal yang belum pernah terjadi sejak Allah mencipta langit dan bumi. Yaitu gerhana bulan dipermulaan bulan Ramadan dan gerhana matahari dipertengahannya. Keduanya tidak pernah terjadi sejak Allah mencipta langit dan bumi." (HR. ad-Daruqutni)
8. Dari 'Amr ibn 'As berkata: "Tanda (akan munculnya) al-Mahdi yaitu apabila ada pasukan perang terbenam di Baida, maka dia itulah tanda keluarnya al-Mahdi."
G. HADIS-HADIS MAHDIYYAH MENGENAI TEMPAT KELUARNYA AL-MAHDI
1. Dari Qatadah r.a., berkata: RasulullahSAW. bersabda: "Mahdi akan muncul dari Madinah ke Makkah. Kemudian ia dikeluarkan oleh orang-orang dari tengah-tengah mereka. Lalu mereka berbai'at kepadanya di antara rukun dan macam, sedang ia tidak menyukainya." (HR Nu'aim ibn Hammad)
2. Dari Ibn 'Amr r.a., berkata: Nabi bersabda: "Al-Mahdi akan keluar dari sebuah kampung yang disebut Kar'ah." (HR. Abu Nu'aim dan Abu Bakr al-Maqri)
3. Nabi bersabda: "Al-Mahdi akan keluar dari suatu kampung yang disebut kampung Karimah." (HR. Abu Nu'aim)
4. "Al-Mahdi akan muncul dari sebuah kampung yang disebut Kadi'ah." (Jawahirul-Asrar, karya Syaikh 'Ali Hamzah ibn 'Ali at-Tusi)
5. Rasulullah bersabda: "Akan muncul bintang berekor di sebelah timur sebelum keluarnya al-Mahdi." (HR. Nu'aim)
6. Dari Husain ibn 'Ali, ia meriwayatkan: "Apabila kalian melihat tanda api besar di langit di sebelah timur, yang keluar di malam hari, maka saat itu manusia akan mendapat kelapangan dan diwaktu itulah kehadiran al-Mahdi."
7. "Jika kalian melihat nyala api di sebelah timur, tiga atau tujuh hari, maka haraplah kelapangan keluarga Muhammad insya Allah." (HR. Imam Muhammad ibn Bakir)
BIBLIOGRAFI
Abu Zahrah, Muhammad. Tarikhul-Mazahibul-Islamiyyah. Darul-Fikril-'Arabi, tt.
Ahmad Amin, Duhal-Islam. Juz III, cet. VII. Qahirah: Maktabah an-Nahdatul-Misriyyah, tt.
----------, Zuhurul-Islam. Juz IV. Qahirah: Maktabah an-Nahdatul-Misriyyah, 1964.
----------, Fajrul-Islam. Singapura: Sulaiman Mar'i, 1965
Ahmad, al-Mahdi Lidinillah. Kitabul-Munyah wal-'Amal fi Syarhil-Milal wan-Nihal. Beirut: Darul-Fikr, 1979.
Ahmad Syalabi. Mausu'atut-Tarikhil-Islami wal-Hadaratil-Islamiyyah. Juz III, Qaihrah: Maktabah an-Nahdatul-Misriyyah, 1978.
'Ali, K. History of India, Pakistan, and Bangladesh. Dacca: 'Ali Publications, 1980.
'Ali, Maulana Muhammad. Mirza Ghulam Ahmad of Qadian: His Life and Mission. Lahore: Ahmadiyyah Anjuman Isha'at Islam, 1959.
'Ali, Syed Amir. Api Islam. Terj. HB. Jasin, Jakarta: Bulan Bintang, 1978.
Anawati, G.C. Filsafat, Teologi dan Mistik, ed. H.L. Beck dan N.J.B. Kaptein, jilid. I: Pandangan Barat Terhadap Literatur Hukum, Filosofi, Teologi dan Mistik Tradisi Islam. Jakarta: INIS, 1988.
Al-Bahi, Muhammad. Al-Janibul-Ilahi min Tafkiril-Islami, Juz II, Qahirah: Daru Ihya'il-Kutubil-'Arabiyyah 'Isa al-Babi al-Halabi, 1948.
----------, Al-Fikrul-Islami fi Tatawwurihi. Mesir: Darul-Fikr, 1971.
Departemen Agama. Al-Quran dan Terjemahannya, Yayasan Penyelenggara Penterjemahan al-Quran, 1979.
Potensi Organisasi Keagamaan Ahmadiyyah Qadian, Bagian II. Laporan Penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Agama tahun 1984-1985, Kanwil Depag Jawa Tengah, Semarang, 1985.
Djoyosugito, Susmoyo. Hasrat Mirza Ghulam Ahmad Bukan Nabi Hakiki. Pedoman Besar Gerakan Ahmadiyyah Lahore Indonesia, 1984.
Donalson, Dwight, M. 'Aqidah as-Syi'ah, Terj. dalam Bahasa Arab, Mesir Maktabah as-Sa'adah, tt.
Ad-Dihlawi, Syah 'Abdul 'Aziz Ghulam Hakim. At-Tuhfatul-Isna 'Asyariyyah, Ed. Sayyid Mahmud Syukri al-Alusi. Istambul-Turki: Isik Kitabevi, 1980.
Fazlur Rahman. Islam. Chicago and London: University of Chicago Press, 1977.
Garib, 'Adullah Muhammad. Sunnah dan Syi'ah Mungkinkah Dipertemukan, Terj. Mustafa Mahdami dan Hasan Husain. Surabaya: Pustaka Anda, 1984.
Gibb, H.A.R. Modern Trends in Islam, New York: Octagon Books A Division of Farar Straus and Giroux, 1978.
Gibb, H.A.R. and Kramers, Eds. Shorter Encyclopedia of Islam. Leiden: E.J. Brill, 1947.
Ghulam Ahmad, Mirza. Itmamul-Hujjah 'Alal-Lazi Lajja wa Zaga'anil-Mahajjah. Lahore: Kalzar Muhammadi, 1311 H/1892 M.
----------, .Hamamatul-Busyra Ila Ahlil-Mekkah wa Sulaha'I ummil Qura. Sialkot: Al-Munsyi Ghulam Qadir al-Fasih, 1389 H.
Ibnul-Asir. Al-Kamil fit-Tarikh, Juz II. Darus-Sadr, 1965.
Kartodirdjo, Sartono. Ratu Adil. Jakarta: Sinar Harapan, 1984.
Khaldun, 'Abdur Rahman ibn. Muqaddimah Ibn Khaldun. Darul-Fikr, tt.
Lubis, H.M. Arsyad Talib. Imam Mahdi. Medan: Firma Islamiyyah, 1967.
Al-Maududi, Abul-Ala. Ma Hiyal-Qadiyaniyyah. Kuwait: Darul-Qalam, 1969.
Muhammad 'Abduh. Risalatut-Tauhid. Mesir Maktabah wa Matba'ah Muhammad 'Ali Sabih wa Auladih, 1979.
Muhammad Isma'il, Sya'ban. Ma'al-Quranil-Karim. Qahirah: Darul-Ittihadil-'Arabi Lit-Tiba'ah, 1978.
Al-Mus-awi, Syarafuddin. Dialog Sunnah dan Syi'ah, Terj. Muhammad al-Baqir. Bandung: Mizan, 1983.
Nahdi, Saleh A. Masalah Imam Mahdi. Surabaya: Raja Pena, 1966.
Nasution, Harun. Teologi Islam, Cet. II. Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia, tt.
Qattaan, Mana' Khalil. Mabahis fi 'Ulumil-Quran. Mansyuratul-'Asril-Hadis, 1973.
Rida, Muhammad Rasyid. Al-Wahyul-Muhammadi. Beirut: al-Maktabul-Islami, l971.
Rasyidi, H.M. "Imam Mahdi dan Harapan Akan Keadilan," Prisma, VI (Januari, 1977).
Shadiq, H.A. Muhammad. Analisa Tentang Khatam an-Nabiyyin. Jamaat Ahmadiyah Indonesia, 1984.
----------, "Kedatangan al-Masih dan al-Mahdi," dalam Sinar Islam II (Februari, 1980).
Shiddiqi, Nouruzzaman. Syi'ah dan Khawarij Dalam Perspektif Sejarah. Yogyakarta: Bidang Penerbit Pusat Latihan Penelitian Pengembangan Masyarakat, 1985.
As-Siyalkoti, Nazir Ahmad. Al-Qaulus-Sarih fi Zuhuril-Mahdi wal-Masih. Lahore: Nawa'i Waqt Printers Ltd.; 1389 H/1970 M.
Asy-Syahrastani, 'Abdul-Fath, 'Abdul-Karim.
Al-Milalwan-Nihal, Beirut: Darul-Fikr, tt.
Smith, Wilfred Cantwell. Modern Islam in India. New Delhi: Usha Publication, 1979.
Stoddard, Lothrop. Dunia Baru Islam, Terj. Panitia Penerbit. Jakarta: Panitia Penerbit, 1966.
Subhi as-Salih. Mabahisul-Quranil-Karim. Qahirah: Darul-Ittiha dil-'Arabi Lit-Tiba'ah, 1977.
Tim Dakwah PB GAI. Akidah Gerakan Ahmadiyyah Lahore Indonesia. Bagian Tabligh dan Tarbiyah, 1966.
Watt, W. Montgomery. The Majesty That Was Islam. London: Sidgwick & Jackson, 1974.
Woslvy, Peter. The Trumpet Shall Sound. New York: Schocken Book, 1974.
Zahir, Ihsan Ilahi, As-Syi'ah wat-Tasyayyu'. Lahore Pakistan: Iradah Tarjuman as-Sunnah, 1984.
original source: http://www.isnet.org
Previous
Next Post »