MENJAGA DARI PENGHANCURAN AKHLAK

(Khutbah Jum’at )
Oleh Hartono Ahmad Jaiz
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, marilah kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah berkenan memberikan berbagai keni’matan bahkan hidayah kepada kita.
Shalawat dan salam semoga Allah tetapkan untuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya yang setia dengan baik sampai akhir zaman.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, mari kita senantiasa bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, menjalani perintah-perintah Allah sekuat kemampuan kita, dan menjauhi larangan-laranganNya.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, pada kesempatan yang insya Allah diberkahi Allah ini akan kami kemukakan tentang Menjaga Diri dari Bahaya Rancangan Penghancuran Islam.
Penghancuran Islam yang paling dahsyat adalah pemusyrikan, menjadikan Muslimin yang beraqidah Tauhid meng-esakan Allah, mejadi berkepercayaan syirik, menyekutukan Allah dengan lainnya.   
Mengenai masalah pemusyrikan, Majalah Fatawa menurunkan tulisan berjudul Trend Muslim Bergaya Musyrik dengan menyoroti tulisan di satu  situs. Dikemukakan, seorang berwajah Arab, pengasuh situs yang mendakwakan sebagai tempat duduk yang dibimbing Rasulullah, pernah menyatakan bahwa masalah syirik sudah selesai. Tidak perlu dirisaukan lagi. Karena Rasulullah sendiri, masih menurutnya, sudah tidak merisaukannya lagi. Jadi, orang sekarang yang merisaukan syirik dianggapnya bertentangan dengan beliau.
Kemudian tulisan itu ditanggapi oleh Majalah Fatawa, di antaranya ditulis sebagai berikut:
Apakah Umat Ini Aman dari Ancaman Syirik?
Sebagian orang mengira bahwa masalah syirik sudah usai, tidak perlu dipermasalahkan lagi. Dikiranya hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dicatat oleh al-Bukhari ada yang merupakan jaminan bahwa umat Islam akan selamat bersih dari kesyirikan. Jaminan bagi generasi sahabat memang iya, tetapi bukan untuk generasi jauh setelah mereka. Kini, karena ketidaktahuan dan taklid ada yang terjerumus dalam syirik besar yang nyata. Apalagi syirik yang samar. Syirik ini susah dideteksi karena begitu halus, digambarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
الشِّرْكُ فِي هَذِهِ الْأُمَّةِ أَخْفَى مِنْ دَبِيبِ النَّمْلةِ السَّوْدَاءِ على صفاة سَوْدَاءِ فِي ظُلْمَةِ اللَّيْلِ
“Syirik yang menjangkiti umat ini lebih tersembunyi daripada seekor semut hitam yang merayap pada bebatuan hitam di tengah gelap malam.” (Riwayat Ahmad dalam Musnad-nya IV/303, al-Bukhari dalam Al-Adab al-Mufrad hal. 242, dan tercantum dalam Majma’ al-Zawa-id X/ 223 & 224).
Dalam hadis ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggunakan kata umat ini, umat Islam secara umum hingga menjelang kiamat kelak, sementara dalam hadits Bukhari digunakan kata kalian yang ditujukan pada sahabat. Masih banyak peringatan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada umat akhir zaman terhadap bencana syirik. Bahkan beliau tegaskan umatnya kelak ada yang mengekor kaum musyrikin hingga berhala pun disembah.
Dalam sebuah hadits panjang, disebutkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَلاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَلْحَقَ قَبَائِلُ مِنْ أُمَّتِى بِالْمُشْرِكِينَ وَحَتَّى  تُعبَد الأَوْثَان
َ“…Kiamat tidak akan terjadi hingga sekelompok kabilah dari umatku mengikuti orang-orang musyrik dan sampai-sampai berhala pun disembah…” (Shahih Ibni Hibban Juz XVI hal. 209 no. 7237 dan hal. 220 no. 7238 Juz XXX no. 7361 hal 6, Syu’aib al-Arnauth berkata, “Sanad-sanadnya shahih sesuai dengan syarat Muslim).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 
لا تقوم الساعة حتى يرجع ناس من أمتي إلى أوثان كانوا يعبدونها من دون الله- عز وجل“.
“Tidak akan terjadi hari kiamat hingga sekelompok kaum dari umatku kembali kepada berhala. Mereka menyembah berhala tersebut di samping Allah Subhanahu wa Ta’ala . (Riwayat Abu Dawud al-Thayalisi dari Musa bin Muthir, lemah. Ithaful Khirah wal Mahrah Bizawaid Juz 8 hal. 34).
Autsan dalam bentuk jamak (plural) dari watsan, artinya berhala. Watsan adalah segala sesuatu yang mempunyai bentuk badan yang biasanya dibuat dari unsur tanah, kayu, atau bebatuan seperti bentuk manusia. Benda ini dibentuk, dimuliakan, dan disembah. Kadang juga watsan mencakup sesuatu yang tidak berbentuk gambar/bentuk. Shanam adalah gambar tanpa bentuk badan.
Sesembahan ini, kalau zaman jahiliyah berbentuk patung-patung orang saleh, sekarang bisa diwujudkan dalam kuburan-kuburan atau petilasan-petilasan orang shaleh yang dianggap shaleh. Kini ada pembela kesyirikan menganggap melarang orang berdoa di kuburan merupakan bentuk kurang ajar kepada para wali, alias tidak mau menghormati orang yang layak dihormati, bahkan dicap sebagai pengikut iblis yang tidak mau menghormati Adam. Subhanallah!
Gaya-gaya perilaku kaum Musyrik kini memang banyak melanda kaum Muslimin. Di antaranya bersumpah dengan selain Allah, kasidah yang penuh dengan bait-bait syirik, mengubur orang saleh dalam masjid, menjadikan kuburan sebagai tempat perayaan dan ibadah, melakukan nadzar untuk para wali, menyembelih korban di kuburan para wali, thawaf mengitari kuburan yang dianggap wali, bahkan ada yang bersujud kepada kuburan kiai. Di Solo bahkan orang berjubel untuk membuntuti kerbau yang dijuluki Kyai Slamet. Hewan bule ini setiap bulan baru Muharram dilepas mengelilingi kraton Solo. Di antara yang hadir berebut mendapatkan kotoran hewan yang sering menjadi lambang kebodohan tersebut. Ya, kotorannya dijadikan rebutan. Diambil berkahnya, kata mereka. Mereka bukan hanya orang tua, tetapi juga anak-anak muda! Di belahan lain ada sekelompok orang yang tekah bersyahadat, mengantar sesajen ke gunung Lawu dan Merapi. Yang lain memberikan sedekah laut alias larung sesaji ke pantai laut Selatan. La haula wala quwwata illa billah.
Zaman memang sudah bergeser, berubah dari kondisi zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hingga seorang pakar hadits Imam Bukhari membuatkan sebuah bab dalam Shahih-nya ‘Bab Taghayuru al-Zaman hatta tu’badu al-Autsan—Berubahnya Zaman hingga Berhala Kembali Disembah Shahih Bukhari Juz VI hal. 2604.
Bahkan kelak dedengkot berhala kaum musyrikin Quraisy akan kembali diagungkan. Aisyah berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, «
 لاَ يَذْهَبُ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ حَتَّى تُعْبَدَ اللاَّتُ وَالْعُزَّى ».
“Malam dan siang tidak akan lenyap (terjadi kiamat) hingga Lata dan Uzza kembali disembah.” (Shahih Muslim : 6907, Sunan al-Tirmidzi no. 2228, dan Musnad Ahmad no. 8164, Mukadimah Masail Jahiliyah juz I hal. 16).)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam punya perhatian yang lebih terhadap ancaman kesyirikan, hingga pada hari meninggalnya beliau masih sempat mengingatkan umatnya agar tidak mengikuti perilaku Ahli Kitab yang berlebihan dalam memuji nabi dan orang saleh, sikap mereka menyeret kepada syirik besar. Akankah kita sebagai umatnya yang kini semakin lemah justru merasa aman dari syirik. Sungguh, muslim bergaya syirik kini sedang ngetrend. Semoga kita diselamatkan oleh Allah! (Dikutip dari Majalah Fatawa Vol. V/No. 03, Jogjakarta, Rabi’ul Awwal 1430, Maret 2009 hal. 8-11) lihat http://www.nahimunkar.com/trend-muslim-bergaya-musyrik/#more-276, Trend Muslim Bergaya Musyrik, March 20, 2009 10:39 pm admin Artikel
Lingkaran Penyesatan
Di samping rawan kemusyrikan, ada factor lain yang membahayakan bagi Ummat Islam. Orang kafir (pihak luar Islam) bekerjasama dengan orang-orang yang masih mengaku Islam namun menjauhkan Ummat Islam dari aqidah Islam di antaranya lewat apa yang mereka jajakan berupa:
  1. Liberalisasi Islam. Yaitu  upaya jahat yang menghembuskan pemahaman bahwa agama Islam itu relative sama benarnya dengan agama-agama lain.
  2. Kemudian mereka menjajakan pluralisme agama (semua agama sama menuju kepada keselamatan, hanya beda teknis, dan kita tidak boleh memandang agama lain memakai agama yang kita peluk). Padahal faham itu hakekatnya kemusyrikan baru. Hanya saja karena istilahnya bukan kemusyrikan,  tetapi pluralisme agama, maka Ummat Islam banyak yang tidak faham. Kalau disebut kemusyrikan, maka Ummat Islam baru faham, maka mereka hindari istilah ini, dan mereka pilih pluralisme agama, biar samar makna jahatnya.
  3. Juga terakhir menggunakan apa yang mereka sebut multikulturalisme, aneka kultur (budaya) dipandang sama dan sejajar, sedang agama (Islam) hanya dipandang sebagai sub kultur, lalu tidak boleh mengklaim bahwa kulturnya sendiri saja yang benar dan yang lain salah. Ketika Islam menyatakan hanya Islam yang benar, maka dianggap sebagai sumber konflik. Ini artinya mengubur agama Islam, tetapi seakan kedengarannya tidak berbahaya, padahal sangat berbahaya.
Itulah yang dilakukan oleh orang-orang di luar Islam bekerjasama dengan orang-orang liberal dan lainnya bahkan lewat pendidikan formal seperti perguruan-peruruan tinggi Islam yang sosok-sosoknya sebagian sudah kita kenali. Semua itu pada hakekatnya adalah musuh Islam.
Masih ditambah lagi dari kaum adat yang mengusung adat-adat Fir’aun dan lainnya ke dalam Islam, dicarikan dalih-dalih untuk melestarikan adat-adat yang mereka usung dan mereka masukkan ke dalam Islam. Ketika adat-adat batil itu mendapatkan sentuhan da’wah dan sedikit demi sedikit Ummat Islam semakin faham bahwa itu tidak sesuai dengan Islam, maka terjadi kekhawatiran dari para pengusungnya, jangan-jangan akan terkikis habis lahan mereka itu. Maka kemarahan mereka lebih tinggi dibanding misalnya Islam itu sendiri diusik orang. Makanya ketika orang-orang liberal mengusik Islam bahkan mengalihkan aqidah Islam dari tauhid kepada kemusyrikan – yang hal itu sangat membahayakan terhadap Islam— pun mereka tampak tenang-tenang saja. Sampai aliran sesat syiah pun dibela pula. Padahal aliran sesat syi’ah itu jelas-jelas menghujat para sahabat dan isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terutama ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha. Anehnya, kesesatan itu mereka bela.  Tetapi kalau tahlilan peringatan orang mati yang jelas itu bukan dari Islam, ketika dijelaskan dengan dalil yang benar bahwa itu bukan dari Islam, mereka justru marah dengan aneka reaksi.
Kemarahan model ini akan menggembirakan orang kafir dan antek-anteknya, sekaligus menyeret Ummat Islam awam ke jalan yang kurang benar, yaitu tetap melestarikan adat yang tak sesuai dengan Islam.
Antara pemusyrikan (berupa liberalisasi Islam, pluralisme agama, dan multikulturalisme) dan pelestarian adat yang tak sesuai dengan Islam, di sana ada perancang-perancang yang berupaya untuk memainkan perannya dalam menghancurkan Islam. Maka betapa ruginya orang Islam dan yang mengaku Islam yang terjebak dalam lingkaran itu, hingga jerih payahnya bukan dalam memperjuangkan dan membela agama Allah Ta’ala, tetapi hanyalah dalam kancah permainan orang-orang yang menyerang agama Allah. Sedangkan upaya mereka itupun sia-sia belaka, karena Allah tetap akan menyempurnakan cahaya-Nya walau dibenci oleh orang-orang musyrikin kafirin.
يُرِيدُونَ أَنْ يُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَيَأْبَى اللَّهُ إِلا أَنْ يُتِمَّ نُورَهُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ (٣٢)
Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan- ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayanya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai. (QS At-Taubah: 32).
يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ (٨)هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ (٩)
8.  Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya”.
9.  Dia-lah yang mengutus rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci. (QS As-Shaff: 8, 9).
Ancaman adzab Allah
Islam dirongrong dari luar maupun dari dalam oleh pihak luar maupun pihak dalam. Bisa secara berkomplot dan bisa pula secara sendiri-sendiri demi mengejar dan mengikuti hawa nafsu. Namun Allah Ta’ala justru menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya.  Sedangkan upaya dan rekayasa yang mereka lancarkan untuk merongrong bahkan memadamkan Islam itu balasannya tidak kembali kecuali kepada pelaku-pelakunya.
وَأَقْسَمُوا بِاللَّهِ جَهْدَ أَيْمَانِهِمْ لَئِنْ جَاءَهُمْ نَذِيرٌ لَيَكُونُنَّ أَهْدَى مِنْ إِحْدَى الأمَمِ فَلَمَّا جَاءَهُمْ نَذِيرٌ مَا زَادَهُمْ إِلا نُفُورًا (٤٢)
اسْتِكْبَارًا فِي الأرْضِ وَمَكْرَ السَّيِّئِ وَلا يَحِيقُ الْمَكْرُ السَّيِّئُ إِلا بِأَهْلِهِ فَهَلْ يَنْظُرُونَ إِلا سُنَّةَ الأوَّلِينَ فَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ تَبْدِيلا وَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ تَحْوِيلا (٤٣)
dan mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sekuat-kuat sumpah; Sesungguhnya jika datang kepada mereka seorang pemberi peringatan, niscaya mereka akan lebih mendapat petunjuk dari salah satu umat-umat (yang lain). tatkala datang kepada mereka pemberi peringatan, maka kedatangannya itu tidak menambah kepada mereka, kecuali jauhnya mereka dari (kebenaran),
Karena kesombongan (mereka) di muka bumi dan karena rencana (mereka) yang jahat. Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. Tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan (berlakunya) sunnah (Allah yang telah berlaku) kepada orang-orang yang terdahulu[1261]. Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu. (QS Fathir: 42,  43).
[1261]  yang dimaksud dengan sunnah orang-orang yang terdahulu ialah turunnya siksa kepada orang-orang yang mendustakan rasul.
Ancaman siksa Allah pun telah difirmankan:
وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا (١١٥)
115.  Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu[348] dan kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. (QS An-Nisaa’: 115).
[348]  Allah biarkan mereka bergelimang dalam kesesatan.
وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَتَعَدَّ حُدُودَهُ يُدْخِلْهُ نَارًا خَالِدًا فِيهَا وَلَهُ عَذَابٌ مُهِينٌ (١٤)
  1. Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan. (QS An-Nisaa’; 14).
Syaikh As-sa’di  (Abdul Rahman bin Nashir As-Sa’di) dalam tafsirnya, Taisir al-Karim ar-Rahman fi Tafsir Kalam al-Mannan menjelaskan, yang dimasukkan dalam nama maksiat (durhaka) – di ayat ini– adalah kufur, bukan maksiat-maksiat yang lebih ringan dari kekufuran. Sehingga tidak ada suatu syubhat pun –seperti syubhatnya— khawarij yang mengatakan kafirnya ahli maksiat. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyiapkan surga bagi orang yang taat kepadaNya dan kepada RasulNya, dan menyiapkan neraka bagi yang durhaka kepadaNya dan kepada RasulNya. Maka barangsiapa menaati Allah dengan ketaatan yang sempurna, ia akan masuk surga tanpa siksaan, dan barangsiapa yang durhaka kepada Allah dengan kedurhakaan yang sempurna dan termasuk dalam hal itu adalah kesyirikan ataupun selainnya, ia akan masuk neraka dan ia kekal di dalamnya. Sedangkan barangsiapa yang bercampur padanya kemaksiatan dan ketaatan, maka ia memiliki penyebab pahala dan siksaan menurut apa yang ada padanya dari ketaatan dan kemaksiatan tersebut. Dan sesungguhnya telah banyak nash-nash (teks ayat ataupun hadits yang jelas) mutawatir yang menunjukkan bahwa (ahli maksiat) yang bertauhid yang membawa ketaatan bertauhid (meng-Esakan Allah, tidak menyekutukan dengan selain-Nya), mereka tidak kekal di neraka. Maka tauhid yang mereka miliki adalah penghalang bagi mereka dari kekalnya di neraka. (Tafsir As-Sa’di, Taisir al-Karim ar-Rahman fi Tafsir Kalam al-Mannan, Muassasah Ar-Risalah, Beirut, cetakan pertama, 1423H/ 2002M, halaman 171).
Ancaman itu berlaku kepada siapa saja, baik dia berbuat secara sendiri-sendiri maupun secara berkomplot. Bahkan seluruh perbuatan itu diketahui Allah Ta’ala, baik berbuatnya secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Sampai-sampai yang terpendam di dalam hati pun Allah mengetahuinya.
قُلْ إِنْ تُخْفُوا مَا فِي صُدُورِكُمْ أَوْ تُبْدُوهُ يَعْلَمْهُ اللَّهُ وَيَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (٢٩)يَوْمَ تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِلَتْ مِنْ خَيْرٍ مُحْضَرًا وَمَا عَمِلَتْ مِنْ سُوءٍ تَوَدُّ لَوْ أَنَّ بَيْنَهَا وَبَيْنَهُ أَمَدًا بَعِيدًا وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ (٣٠)
29.  Katakanlah: “Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah Mengetahui”. Allah mengetahui apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
30.  Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (dimukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu terhadap siksa-Nya. dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya. (QS Ali ‘Imran: 29, 30).
Celakalah orang-orang yang merongrong agama Allah, dan berbahagialah orang-orang yang membela agama Allah.  Di akherat kelak akan mendapatkan balasan dari Allah, sesuai dengan apa yang telah mereka masing-masing kerjakan di dunia. Yang merongrong Islam, betapa ruginya. Upah atau keuntungan dari kerjanya yang buruk itu sudah habis di dunia dan tak bisa dibawa ke akherat. Sedangkan seandainya bisa dibawa ke akherat pun tak bisa untuk menebus siksa. Bahkan yang dulunya sama-sama dalam merongrong Islam pun tidak bisa saling tolong menolong untuk menghindari siksa. Sehingga dihinakan oleh Allah Ta’ala dengan firman-Nya;
مَا لَكُمْ لا تَنَاصَرُونَ (٢٥)بَلْ هُمُ الْيَوْمَ مُسْتَسْلِمُونَ (٢٦)
25.  “Kenapa kamu tidak tolong menolong ?”
26.  Bahkan mereka pada hari itu menyerah diri. (QS Ash-Shaaffaat/ 37: 25, 26).
Imam Ibnu Katsir meriwayatkan dalam tafsirnya: Abdullah bin al-Mubarak berkata, aku mendengar ‘Utsman bin Zaidah berkata: Sesungguhnya hal pertama yang akan ditanyakan kepada seseorang adalah teman duduknya. Kemudian dikatakan kepada mereka dengan cara mencela dan menghina:
$tB مَا لَكُمْ لا تَنَاصَرُونَ
 “Kenapa kamu tidak tolong menolong ?”. yaitu sebagaimana kalian menyangka bahwa kalian seluruhnya orang yang mendapat pertolongan?
 بَلْ هُمُ الْيَوْمَ مُسْتَسْلِمُونَ
Bahkan mereka pada hari itu menyerah diri. Yaitu tunduk pada perintah Allah, tidak menyelisihi dan tidak pula menentangnya. (Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’anul ‘Adhiem, ayat 25 dan 26 Surat ash-Shaaffaat).
Kalau sekarang di dunia ini mereka saling tolong menolong antara kafirin musuh-musuh Islam dengan orang yang mengaku Islam namun merongrong Islam, kelak di akherat mereka sama-sama akan mendapatkan siksa yang dahsyat, dan diawali dengan hinaan dari Allah: “Kenapa kamu tidak tolong menolong ?”.
Semoga kita diberi petunjuk dan pertolongan oleh Allah Ta’ala sehingga terhindar dari bahaya para perancang penghancuran Islam serta wadyabalanya itu, sehingga selamat di dunia maupun di akherat kelak. Amien ya Rabbal ‘alamien.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ .
Khutbah Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا} وَقَالَ: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا}
ثُمَّ اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى رَسُوْلِهِ فَقَالَ: {إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا}. 
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. 
وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. وَأَقِمِ الصَّلاَةَ.
Previous
Next Post »