Harusnya, sedari dulu aku mencintaimu


..

Malam semakin larut, saat ini waktu menunjukkan tepat pukul dua dini hari, dan saya masih terjaga, saya berdiri di tepian dermaga, mengamati dan mencatat pergerakan petikemas yang dibongkar dari atas kapal. Mata saya mulai sayu, namun kemudian seorang gadis penjual kopi datang dan saya memesan secangkir kopi untuk membantu menahan kantuk ini. Saya kembali berkutat dengan kode kode petikemas. Angin berhembus semakin kencang, dan saya lupa mengenakan jaket, angin laut berhembus pelan, namun cukup membuat saya merasakan dingin yang dihantarkannya.Dan dingin ini, membuat pikiran saya melayang, seperti mesin yang otomatis bekerja, tanpa saya sadari otak saya mulai merangkai kata kata yang tiba tiba mengalun begitu saja tanpa saya komando.
oOo
Tulisan Ini Untuk Kamu :
Dari dulu, kamu sering mengingatkanku, untuk memakai jaket tebal saat bepergian malam hari, namun acap kali aku mengabaikannya, aku lebih memilih mengenakan kauslengan panjang biasa, dengan alasan malas.
Dari dulu, kamu selalu mengingatkanku untuk memakai mantel ketika hujan, namun ketika hujan datang, aku malah lebih senang berlari larian di bawahnya, menikmati setiap tetesnya jatuh ke pipiku yang kenyal, dan mengacuhkanmu.
Dari dulu, kamu selalu protes, ketika aku tidak memperhatikan dengan baik jam makanku. Bahkan kamu benar benar marah, ketika aku tidak mengindahkan ajakanmu untuk makan sayur sayuran namun lebih memilih makan mie instan dengan taburan cabe rawit di atasnya.
Dari dulu, kamu tidak pernah bosan membisikkan di telingaku, bahwa aku harus minum air putih setidaknya delapan gelas per hari, namun lagi lagi aku menutup telingaku rapat rapat, dan minum air putih hanyadua atau tiga gelas per harinya.
Dulu, kau rajin sekali memasang alarm tidur agar aku mau tidur tepat waktu, sehingga aku punya cukup waktu untuk beristirahat dari semua aktivitasku yang melelahkan, namun aku dengan bandelnya memanjakan keinginanku untuk begadang sepanjang malam tanpa memikirkan waktu tidurku.
Kini, ketika kamu  menjauh dariku, tiba tiba kurasa, aku mulai merindukanmu, aku merindukan caramu mengingatkanku, aku merasa kehilangan, dan aku menyesali perbuatanku.
Kini, ketika infus sudah membelit di tangan,ketika selang oksigen terpasang di depanku, ketika segala macam alat bantu pemacu jantung tertancap di tubuhku, ketika perih terasa di sekujur lambungKU, ketika nyeri terasa mengikat di tulang belulangku,ketika syaraf dan ototku meronta dan mengejan tak tentu,  ketika teriakan sakit tercekat di dalam rongga ginjalku,ketika entah kenapa paru paruku kelu, seakan tak ada lagi oksigen dalam darahku,  ketika nafasku perlahan membeku, tangan dan kakiku perlahan kaku, ketika segala macam obat telah disuntikkan namun dokter tetap menggelengkan kepalanya dan tak mampu lagi mengatasi keadaanku, aku baru menyadarinya….
“bahwa seharusnya, sedari dulu aku mencintaimu….
duhai kesehatanku…”.
Kini terlambat sudah untuk menyesalinya,..namun seandainya aku diijinkan untuk memutar waktu, sungguh yang kuinginkan hanya satu, yaitu untuk lebih mencintaimu…kesehatanku….
oOo
Demikian sebuah tulisan terselesaikan pada pukul 2 :36 dini hari, masih di tepian dermaga, masih dengan angin yang menusuk tulang, dan tulisan ini terinspirasi dari sebuah tautan sederhana nan penuh makna yang sahabat saya berikan kepada saya beberapa hari yang lalu.
gambar diambil dari cintakudilautanbulanbiru :)
Previous
Next Post »