Oleh: Drs. Muslih Fathoni, M.A.
Bagian Kesembilan
PENUTUP
Ummat Islam dalam perjalanan sejarahnya,
benar-benar telah mengalami perpecahan yang cukup serius. Peristiwa
Saqifah yang merangsang kambuhnya penyakit fanatisme kekabilahan, adalah
gejala awal dari suatu proses disintegrasi yang bertolak dari perebutan
kekuasaan politik yaitu masalah kekhilafahan.
Munculnya kelompok yang ambisius,
sebagai yang dilakukan oleh putera-putera Umayyah, lebih berorientasi
pada kepentingan pribadi dan duniawi, justru merupakan faktor yang
mempercepat proses perpecahan ummat Islam yang semakin meluas.
Sebagaimana kenyataan dalam sejarah, perpecahan tersebut bermula dari
perpecahan politis, tetapi kemudian berubah menjadi perpecahan yang
bersifat teologis.
Luasnya daerah kekuasaan Islam, keluar
dari Jazirah Arabia, membawa dampak baru dalam kehidupan sosio-kultural
ummat Islam. Proses akulturasi kebudayaan dan kepercayaan antara Islam
dan non-Islam, mendorong berbagai macam inovasi akidah yang sulit
dihindarkan. Dan diantara kelompok Muslim yang terparah dalam menghadapi
perpecahan tersebut adalah golongan Syi'ah. Karena golongan ini
bersikap amat terbuka terhadap masuknya berbagai macam aspirasi budaya
dan keagamaan, dengan demikian, aliran ini merupakan tempat yang paling
aman bagi musuh-musuh Islam yang ingin meruntuhkannya dari dalam.
Diantara sekte-sekte Syi'ah terpenting
ialah Syi'ah Kaisaniyyah, Imamiyyah, dan Syi'ah Zaidiyyah. Timbulnya
berbagai kepercayaan yang aneh di kalangan sekte-sekte ini merupakan
bukti nyata tentang adanya pengaruh paham atau kepercayaan yang
non-Islam seperti: masalah imamah, aqidah ar-raj'ah, masalah gaibah, dan
Mahdiyyah. Sekte yang paling konsisten dengan Islam dan lebih dekat
dengan paham Ahlus-Sunnah, hanyalah Syi'ah Zaidiyyah, bila dibandingkan
dengan sekte-sekte Syi'ah lainnya.
Sekte Imamiyyah adalah sekte yang banyak
mendapatkan pengaruh dari berbagai kepercayaan keagamaan di luar Islam,
seperti yang dialami oleh Syi'ah Isna 'Asyariyyah, sedangkan yang
terparah adalah Syi'ah Isma'iliyyah atau Batiniyyah, dan yang telah
keluar dari jalur Islam adalah golongan Kaisaniyyah. Faktor lain yang
menyebabkan kaum Syi'ah menyimpang begitu jauh dari Islam adalah bahwa
imam-imam yang mereka angkat dari keturunan 'Ali, hanya sebagai lambang
saja. Mereka tidak memimpin atau mengorganisasikan langsung para
pengikutnya, bahkan sebagian besar diantara mereka hidup di Madinah dan
tetap konsisten dengan ajaran Islam serta jauh dari kaum pendukungnya.
Paham Mahdi rupanya telah tersebar luas
di kalangan ummat Islam; tidak hanya di kalangan Syi'ah. Namun karena
kalangan Syi'ah mengalami banyak kekecewaan yang mendalam, mendapat
kekalahan beruntun dari lawan-lawan politiknya dan banyak di antara
imam-imam mereka menjadi korban kekerasan politik, maka al-Mahdi mulai
mereka interpretasikan sebagai tokoh legendaris yang penuh karisma. Dia
akan datang di akhir zaman untuk memimpin dunia Islam yang adil dan
membasmi kezaliman. Padahal pengertian seperti ini tidak terdapat baik
dalam al-Quran maupun dalam kitab Sahih Bukhari maupun Sahih Muslim.
Apabila orang dengan jeli melihat para
perawi hadis-hadis Mahdiyyah yang terdapat dalam kitab Kitab Sunan, dia
akan merasa sulit untuk menerima hadis-hadis Mahdiyyah. Muktazilah dan
Syi'ah Zaidiyyah tidak mengenal paham Mahdi yang erat kaitannya dengan
masalah imamah, 'aqidah ar-raj'ah, dan masalah al-gaibah.
Al-Mahdi bagi kaum Syi'ah merupakan
keyakinan yang prinsipal sebagaimana bagi kaum Ahmadiyah, terutama dari
sekte Qadiani. Perbedaannya, tokoh Mahdi menurut sekte yang disebut
terakhir ini berasal dari Persia, yaitu Mirza Ghulam Ahmad yang mengaku
sebagai Imam Mahdi, al-Masih, serta Krishna dan bahkan dilambangkan
sebagai Hakim Pengislah.
Versi kemahdian dua aliran diatas,
membawa corak kemahdian yang berbeda. Mahdiisme Syi'ah lebih bersifat
politis dan mengarah pada tindakan balas dendam terhadap lawan-lawan
politiknya. Oleh karena itu, pengikut paham Mahdi di Iran, tampaknya
merasa kurang senang terhadap kepemimpinan Islam di tangan bangsa Arab,
karena bangsa Iran merasa pernah diperlakukan sebagai masyarakat kelas
dua pada masa dinasti Umayyah. Oleh karenanya al-Mahdi yang mereka
yakini dilambangkan sebagai al-Qa'im yang akan bangkit untuk mengadili
dan menghukum musuh-musuhnya dari bangsa Arab. Sedangkan corak kemahdian
Ahmadiyah bersifat pembaharuan. Tampaknya mereka terus berupaya
mewujudkan ide kemahdiannya, terutama di kalangan Kristen Barat, dengan
menunjukkan kebenaran Islam melalui berbagai media cetak. Rupanya Tokoh
Mahdi Ahmadiyah berkeyakinan bahwa untuk mempersatukan ummat beragama
dan menjauhkannya dari sikap permusuhan diantara mereka, hanyalah dengan
jalan membawa mereka ke dalam Islam dengan menunjulckan bukti-bukti
kekeliruan agama mereka.
Setiap pembaharuan terutama di kalangan
masyarakat tradisional, tidaklah berjalan secara mulus, sebab tokoh
pembaharunya harus mengubah pikiran masyarakat, agar mereka mau menjadi
pendukung dan pelaksana ide pembaharuannya. Mahdi Ahmadiyah yang tampil
sebagai Mujaddid abad ke-14 H, rupanya membawa pemikiran yang
menimbulkan kesalahpahaman yang cukup serius diantara sesama Muslim,
sehingga terjadi saling mengkafirkan satu sama lain. Term-term keagamaan
yang dipakainya justru merupakan sesuatu yang sangat sensitif dan tabu
untuk dibicarakan sehingga mengundang reaksi yang cukup keras, seperti
istilah menerima wahyu, mengaku menjadi nabi, penjelmaan al-Masih ibn
Maryam dan lain sebagainya.
Sekalipun demikian, Ahmadiyah Lahore
ternyata lebih dekat dengan golongan Sunni, bila dibandingkan dengan
Ahmadiyah Qadian. Sekte ini masih tampak relatif lebih baik daripada
sekte-sekte Syi'ah lain selain Zaidiyyah.
Bagaimanapun alasan yang hendak
dikemukakan oleh penganut paham Mahdi, penulis berpendapat bahwa
landasan idiil paham ini pada dasarnya bermula dari keinginan-keinginan
kaum Syi'ah untuk bangkit merebut kekuasaan politik di dunia Islam
sesudah mereka mengalami kekecewaan mendalam akibat kekalahan yang
beruntun. Perumusan ide sentral Syi'ah ini diwarnai oleh unsur-unsur
keyahudian, kenasranian, dan unsur kepersiaan sehingga terbentuklah
paham Mahdi seperti yang dikenal sekarang ini, kemudian diciptalah
hadis-hadis Mahdiyyah. Hadis-hadis Mahdiyyah tersebut penuh dengan
pernyataan yang kontroversial, tetapi kemudian dicari relevansinya
dengan ayat-ayat al-Quran yang mereka pandang tepat, baik oleh kelompok
Syi'ah sendiri maupun golongan Ahmadiyah. Oleh karena itu, hadis-hadis
Mahdiyyah tampak lebih mencerminkan identitas dan kepentingan kelompok
Islam tertentu daripada mencerminkan idealisme Islam secara universal.
Dalam mengoperasikan paham Mahdi ini,
masing-masing kelompok mempunyai pandangan yang berbeda tentang siapa
sebenamya tokoh Mahdi itu? Di kalangan Syi'ah dan Ahmadiyah terdapat
gambaran yang sangat kontras. Di satu pihak Syi'ah menggambarkannya
sebagai pemimpin yang otoriter tetapi, di pihak lain, Ahmadiyah
menggambarkannya sebagai pemimpin pembaharuan yang santun dan tidak suka
menempuh jalan kekerasan dalam menghadapi lawan-lawannya. Akan tetapi
tepat kiranya jika gambaran tersebut dikembalikan pada arti kata
"al-Mahdi" itu sendiri, yakni orang yang telah mendapatkan petunjuk dan
berinisiatif untuk menunjukkan orang lain ke jalan yang benar. Dengan
perkataan lain, ia adalah mubalig Islam yang tangguh dan mampu
menegakkan Islam ditengah-tengah masyarakat yang telah rusak.
Penyebaran isu al-Mahdi diawal
kemunculannya adalah sangat efektif, terutama di kalangan masyarakat
awam. Melalui berbagai kegiatan isu itu berpengaruh sehingga
terbentuklah paham Mahdi ditengah masyarakat luas. Paham ini kemudian
dianggap dan, bahkan, dijadikan keyakinan yang memiliki dasar-dasar
otentik.
Sekalipun demikian, paham Mahdi adalah
salah satu faktor yang dapat digunakan untuk memotivasi dan membakar
semangat perjuangan guna menegakkan Islam dan kemerdekaan ummat
tertindas, seperti yang pernah terjadi di Jawa khususnya di zaman
kolonial Belanda. Dan paham semacam ini, sewaktu-waktu tetap akan
dimanfaatkan oleh masyarakat Islam untuk melawan kezaliman atau
penjajahan, apabila kondisinya memungkinkan untuk itu. Asal saja paham
tersebut tidak dijadikan sebagai prinsip keyakinan, sehingga orang tidak
akan dikatakan sebagai pencipta atau pengikut bid'ah akidah.
Berkaitan dengan paham kewahyuan Syi'ah
dan Ahmadiyah, rupanya tidak jauh berbeda. Sekiranya ada perbedaan,
perbedaan itu tidak dapat dikatakan prinsipal. Demikian pula halnya
dalam doktrin kenabiannya. Bahkan konsep kewahyuan dan kenabian dalam
Ahmadiyah tampaknya banyak dipengaruhi oleh ajaran Syi'ah Isna
'Asyariyyah. Namun demikian golongan Ahmadiyah, berbeda dengan sekte
Syi'ah, tetap dianggap sebagai sekte baru dari golongan Sunni, sekalipun
mereka telah dipandang keluar dari Islam dan tidak diakui sebagai sekte
golongan Sunni itu sendiri.
Kedua golongan tersebut memandang
al-Mahdi sebagai tokoh karismatik yang harus diyakini sebagaimana
meyakini seorang rasul atau nabi. Dan mereka juga memandang hadis-hadis
Mahdiyyah sebagai hadis mutawatir (otentik) meskipun, jika dikaji secara
selektif dan dilihat dari aspek sejarah perkembangan paham Mahdiisme,
hadis-hadis Mahdiyyah tersebut adalah palsu adanya.
Untuk itu, diharapkan agar ummat Islam
tidak mudah terpengaruh oleh slogan-slogan Mahdiisme yang kadang-kadang
dimanfaatkan oleh orang-orang yang kurang atau tidak bertanggung jawab.
Apalagi jika slogan-slogan Mahdiisme tersebut dijadikan sarana untuk
mengadakan perlawanan terhadap pemerintahan yang sah, yang melindungi
dan menghormati agama dan kehidupan beragama dan khususnya agama Islam.
Demikian pula diharapkan agar lembaga-lembaga atau organisasi-organisasi
Islam yang bergerak di bidang sosial keagamaan tetap waspada dan
berhati-hati dalam menghadapi semacam gerakan Mahdiisme yang berbau
politik.
Dengan demikian, ummat Islam akan hidup
dengan tenang dan tidak mudah terbawa atau terseret ke dalam
pergolakan-pergolakan yang akan merugikan diri sendiri dan ummat Islam
pada umumnya. Demikian pula hendaknya ummat Islam tidak mudah terpancing
dan dilibatkan oleh pihak-pihak yang ingin mempertentangkan penguasa
dengan kaum Muslimin Indonesia. Semoga kiranya buku ini dapat dirasakan
manfaatnya secara luas oleh para pembacanya.
LAMPIRAN
LAMPIRAN
A. HADIS-HADIS MAHDIYYAH VERSI SYI'AH YANG ERAT KAITANNYA DENGAN AHLUL-BAIT
01. Dari 'Ali r.a., bersabdalah
Rasulullah SAW.: "al-Mahdi itu adalah dari (keturunan) kami, Ahlul-Bait,
Allah akan memperbaikinya dalam satu malam." (HR. Ahmad).
02. Dari Ummu Salamah, ia berkata: "Aku
dengar Rasulullah SAW. bersabda: "Al-Mahdi itu adalah dari keturunanku,
yakni putera Fatimah." (HR. Abu Dawud, Ibn Majah, Tabrani, dan
al-Hakim).
03. Dari 'A'isyah r.a., ia berkata:
Rasulullah SAW. bersabda: "Al-Mahdi itu adalah seorang laki-laki dari
keturunanku, ia berperang atas dasar sunnahku, sebagaimana aku berperang
atas dasar wahyu." (HR. Nu'aim ibn Hammad)
04. Dari Huzaifah r.a., berkata:
Rasulullah SAW. bersabda: "Al-Mahdi itu adalah seorang laki-laki dari
anak keturunanku, warna-(kulit)-nya, warna Arab, (postur) tubuhnya,
tubuh orang Israil, pada pipi sebelah kanan ada tai lalat. Seakan-akan
dia seperti bintang bercahaya, ia memenuhi bumi dengan keadilan,
sebagaimana dipenuhinya bumi itu oleh kecurangan. Pengikut bumi dan
langit, burung di udara merasa senang pada kekhilafannya." (HR. Rauyani
dan Abu Nu'aim) .
05. Dari Husain r.a., bahwasanya Nabi
SAW. bersabda: "Gembirakanlah hai Fatimah, al-Mahdi itu dari
(keturunanmu)." (HR. Ibn 'Asakir)
06. Dari Huzaifah r.a., berkata:
"Rasulullah SAW. Bersabda: "Al-Mahdi itu adalah seorang laki-laki dari
anak(keturunan)ku, wajahnya seperti bintang bercahaya." (HR. Rauyani dan
Abu Nu'aim)
07. Dari 'Ali dari Nabi SAW. bersabda:
"Seandainya masa itu hanya tinggal sehari, pastilah Allah mengutus
seorang laki-laki (al-Mahdi) dari Ahl Bait-ku yang akan memenuhi masa
itu dengan keadilan sebagaimana ia dipenuhi oleh kecurangan." (HR. Abu
Dawud)
08. Dari Ibn Mas'ud dari Nabi SAW. bersabda: "Nama al-Mahdi adalah Muhammad." (HR. Nu'aim ibn Hammad)
09. Dari 'Ali r.a., dan ia memandang
puteranya Hasan, maka ia berkata: "Sungguh anakku adalah seorang sayyid,
sebagaimana Nabi SAW. menamakannya. Dan akan lahir seorang laki-laki
dari tulang sulbi (punggung)nya yang diberi nama dengan nama nabi kalian
(Muhammad) SAW. yang menyerupai perangainya, tetapi tidak serupa
kejadian (penciptaan)nya, kemudian menyebutkan sebuah kisah (al-Mahdi)
akan memenuhi bumi dengan keadilan." (HR. Abu Dawud)
10. Nari Abu Sa'id r.a. dari Nabi SAW.,
bersabda: "Al-Mahdi itu dari (keturunan)ku, keningnya luas, hidungnya
mancung, dia akan memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana bumi itu
dipenuhi oleh kezaliman dan kecurangan, ia berkuasa selama tujuh tahun."
(HR. Ahmad, Ibn Abi Syaibah, Ibn Majah, Nu'aim ibn Hammad, dan
al-Hakim)
11. Dari Abu Sa'id r.a., dari Nabi SAW.
bersabda: "Al-Mahdi itu dari (keturunan) kami Ahlul-Bait, seorang
laki-laki dari ummatku, hidungnya mancung, dia akan memenuhi bumi dengan
keadilan sebagaimana ia dipenuhi oleh kecurangan." (HR. Abu Nu'aim)
12. Dari Anas r.a., "Aku mendengar
Rasulullah bersabda: "Kami tujuh orang putera 'Abdul-Muttalib yang
menjadi penghulu ahli surga: Aku, Hamzah, 'Ali, Ja'far, Hasan, dan
Husain, dan al-Mahdi." (HR. Ibn Majah dan Abu Nu'aim)
13. Dari 'Auf ibn Malik r.a., bahwasanya
Nabi SAW. bersabda: "Akan datang fitnah yang gelap gulita, yang diikuti
oleh fitnah-fitnah yang satu terhadap yang lain, sehingga keluarlah
seorang laki-laki dari Ahlul-Bait-ku yang disebut al-Mahdi. Maka apabila
kamu menjumpainya, ikutilah dia, dan jadilah kamu tergolong orang yang
mendapat petunjuk." (HR. Tabrani)
14. Dari Abu Sa'id al-Khudri, ia
berkata: Rasulullah SAW. mengingatkan: "Akan menimpa ummat ini suatu
bencana sehingga tidak ada tempat untuk berlindung yang dapat
melindunginya dari (tindak) kezaliman, kemudian Allah mengutus seorang
laki-laki dan keturunan Ahlul-Bait-ku. Maka dia memenuhi bumi
dengankeadilan sebagaimana ia dipenuhi oleh kezaliman, penghuni langit
dan bumi merasa senang kepadanya. Langit tidak menyerukan sesuatu pun
dari titik-titik hujannya, kecuali ia menurunkannya dengan deras, dan
bumi tiada (pula) menyerukan sesuatu pun dari tumbuh-tumbuhannya,
sehingga orang yang telah mati (bisa hidup kembali). Al-Mahdi saat itu
hidup tujuh atau delapan tahun (lamanya)." (HR. al-Hakim)
15. Dari 'Ali al-Hilali r.a., bahwasanya
Rasulullah SAW. bersabda kepada (puterinya) Fatimah: "Demi Tuhan yang
mengutus aku membawa kebenaran, sesungguhnya dari kedua (puteramu) yakni
Hasan dan Husain, Mahdi ummat ini, apabila dunia telah menjadi goncang
karena pertempuran, fitnah merajalela, jalan-jalan terputus,
sebagian(manusia) menyerang satu sama lain, maka yang tua tiada (lagi)
sayang kepada yang muda, dan yang muda tiada lagi menaruh hormat kepada
yang tua. Maka pada saat itu Allah mengutus dari (keturunan) Hasan dan
Husain, seorang yang akan membobol benteng kesesatan dan hati-hati yang
pekat. Dia akan menegakkan agama (Islam) pada akhir zaman, sebagaimana
aku (Muhammad SAW.) menegakkan agama itu di masa pertama. Dia akan
memenuhi bumi dengan keadilan, sebagaimana ia dipenuhi oleh kecurangan."
(HR. Tabrasõi dan AbE Nu'aim)
16. Dari 'Ali ibn Abi Talib, bahwasanya
ia bertanya kepada Rasulullah SAW.: "Apakah al-Mahdi itu dari
(keturunan) kita atau selain kita, ya Rasulullah?" Jawab Nabi: "Bahkan
dari (keturunan) kita. Pada kita Allah menutup (para nabi) sebagaimana
pada kita Allah telah memberi kemenangan. Karena kitalah (manusia)
terselamatkan dari kemusyrikan, dan karena kita pula Allah menjinakkan
diantara hati-hati mereka, sesudah permusuhan yang jelas, sebagaimana
Allah telah menjinakkan hati-hati mereka sesudah permusuhan (karena)
syirk?" (HR. Tabrani)
17. Dari Ibn Mas'ud r.a., ia berkata:
Nabi bersabda": "Seandainya (umur) dunia tinggal satu malam saja, pasti
Allah memanjangkan malam itu, sehingga seorang dari Ahlul-Baitku
berkuasa, namanya serupa dengan namaku, dan nama bapaknya serupa dengan
nama ayahku. Dia akan memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana ia
dipenuhi oleh kezaliman dan kecurangan, dan ia membagi-bagikan harta
secara rata. Dan Allah menjadikan hati ummat ini merasa kaya, maka ia
(al-Mahdi) menetap (di bumi) selama tujuh atau sembilan (tahun) dan
sesudah itu, tidak ada lagi kebaikan dalam hidup." (HR. Abu Nu'aim)
B. HADIS-HADIS MAHDIYYAH VERSI
'ABBASIYYAH YANG JUGA BERHUBUNGAN DENGAN AHLUL-BAIT, ATAU HANYA
MENUNJUKKAN IDENTITAS KELOMPOK ATAU GOLONGANNYA.
1. Dari Ibn Masud r.a., ia berkata:
Sewaktu kami berada di samping Rasulullah SAW., tiba-dba datang
sekelompok pemuda dari Bani Hayim, maka setelah nabi melihat mereka,
tergenanglah air matanya dan berubahlah warna (muka)nya. Maka aku pun
bertanya: "Kami senantiasa melihat wajahmu (berubah) ada sesuatu yang
dibencinya," maka ucap beliau: "Sungguh kami dari Ahlul-Bait, yang Allah
telah memilihkan untuk kami kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia.
Dan sesunggunnya Ahlul-Bait-ku sesudahku nanti akan menemui bencana dan
pengusiran sehingga datang sekelompok orang dari sebelah timur yang
membawa bendera hitam. Mereka menuntut hak, maka hak itu tidak diberikan
lalu mereka memeranginya, mereka pun kemudian memperoleh kemenangan.
Selanjutnya apa (hak) yang telah mereka minta itu diberikan, tetapi
mereka tidak mau menerimanya, sehingga mereka memberikannya kepada
seorang laki-laki dari Ahlul-Bait-ku. Kemudian dia memenuhinya (bumi)
dengan keadilan sebagaimana dipenuhinya (bumi) itu oleh kecurangan. Maka
barangsiapa diantara kalian yang menjumpai yang demikian itu, hendaklah
mendatangi mereka sekalipun harus merangkak diatas salju, maka
sebenarnya merekalah al-Mahdi." (HR. Ibn Abi Syaibah, Nu'aim ibn Hammad
dan Ibn Majah dan Abu Nu'aim)
2. Dari Sa'id ibn Musayyab, ia berkata:
Rasulullah bersabda: "Bendera-bendera hitam milik Bani muncul dari Arab
timur, kemudian mereka tinggal (disitu) selama dikehendaki Allah,
kemudian (pasukan) kecil berbendera hitam muncul memerangi seorang
laki-laki dari putera Abu Sufyan dan kawan-kawannya, dari sebelah timur,
mereka diharuskan taat pada al-Mahdi." (HR. Nu'aim ibn Hammad)
3. Dari Sauban r.a., ia berkata:
"Rasulullah SAW., bersabda: "Tiga (orang) kesemuanya adalah putera
Khalifah akan berperang dekat tempat perbendaharaanmu, kemudian tidak
seorang pun dari mereka yang memperolehnya. Lalu dari arah timur muncul
(pembawa) bendera-bendera hitam memerangi kalian, dengan (cara)
berperang yang belum pernah digunakan oleh suatu kaum pun kemudian
datang Khalifatullah al-Mahdi. Apabila kalian mendengarnya, maka
datangilah dia dan berbai'atlah padanya, sekalipun (harus) merangkak
diatas salju, maka sesungguhnya dia adalah Khalifatullah al-Mahdi. (HR.
Ibn Majah, al-Hakim, dan disahihkan oleh Abu Nu'aim)
4. Dari Sauban al-Baihaqi, berkata:
RasululIah SAW. bersabda: "Apabila kalian melihat bendera-bendera hitam
datang dari Khurasan, maka datangilah dia, sesungguhnya disana ada
Khalifatullah al-Mahdi." (Musnad Imam Ahmad dalam Dala'ilun-Nubuwwah.
Juga diriwayatkan oleh Nu'aim ibn Hammad, al-Hakim, dan Abu Nu'aim.)
5. Dari 'Amr ibn Yasir, berkata:
Rasulullah bersabda: "Hai 'Abbas! Sesungguhnya perkara ini (kepemimpinan
ummat), Allah telah memulai dengan (mengutus) aku, dan akan diakhirinya
oleh seorang laki-laki dari putera (keturunan)-mu, Dia akan memenuhinya
(bumi) dengan keadilan sebagaimana bersama-sama 'Isa a.s." (Lihat dalam
Kanzul-'Ummal, Juz VII, hlm. 177)
C. HADIS-HADIS MAHDIYYAH VERSI UMAYYAH
1. Dari 'Ali, Nabi SAW., bersabda: "Akan
muncul seorang laki-laki dari belakang (lembah) sungai yang disebut
al-Haris seorang petani yang didahului oleh seorang laki-laki yang
disebut Mansur. Dia tinggal atau menetap bersama keluarga Muhammad SAW.,
sebagaimana orang Quraisy tinggal bersama Rasululluh SAW., dan wajib
bagi setiap Mukmin menolongnya atau memenuhi ajakannya."
2. Rasulullah SAW., bersabda: "Ya Allah jadikanlah dia pemimpin dan al-Mahdi." (HR. Tirmizi)
Tampaknya hadis Mahdiyyah seperti ini,
tidak banyak ragamnya, namun demikian, dengan disebutnya nama al-Mansur,
jelas hadis Mahdiyyah tersebut menunjukkan identitas Bani Umayyah.
D. HADIS-HADIS MAHDIYYAH YANG BERSIFAT UMUM, TANPA MENYEBUTKAN IDENTITAS KELOMPOK TERTENTU
01. Dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi
SAW. bersabda: "Akan ada diantara ummatku al-Mahdi, jika umurnya pendek
maka (sampai) tujuh, jika tidak, maka delapan dan jika tidak juga, maka
sembilan tahun. Ummatku akan memperoleh kenikmatan yang belum pernah
mereka perolehnya seperti itu, (baik dari golongan) orang baik-baik di
antara mereka maupun dari orang jahat. Allah akan menurunkan hujan lebat
pada mereka, dan bumi tidak akan menahan tumbuh-tumbuhan sedikit pun,
dan harta benda akan bertumpuk-tumpuk. Seorang berseru, "Hai Mahdi!
berikanlah harta itu kepadaku!" Maka jawabnya: "Ambillah"! (HR.
ad-Daruqutni dar Tabrani)
02. Dari Abu Sa'id r.a., Sungguh
Rasulullah SAW. Telah bersabda": "Al-Mahdi akan muncul dari ummatku,
Tuhan akan menurunkan hujan untuk manusia, ummat akan merasa senang,
ternak hidup (dengan aman), dan bumi menumbuhkan tumbuh-tumbuhannya dan
harta akan diberikan dengan merata." (HR. Abu Nu'aim dan al-Hakim)
03. Dari Abu Sa'id al-Khudri r.a., dari
Nabi SAW. bersabda: "Sungguh dari ummatku (nanti) akan muncul al-Mahdi,
yang hidup (bersama pengikutnya) lima, tujuh, atau sembilan - Sa'id yang
meriwayatkan hadis ini - ragu-ragu. Lalu kami bertanya, apa maksudnya
yang demikian itu?" Ia menjawab: "Tahun." Sabda Nabi selanjutnya: "Maka
datanglah seorang laki-laki kepadanya, lalu berkata: "Hai Mahdi berilah
aku!" Kata Mahdi: Kemudian ia datang kepadanya membawa (sesuatu) dengan
kainnya sekuat-kuat ia membawanya." (HR. Tirmizi dan katanya ini hadis
hasan-sahih)
04. Dari Abu Sa'id r.a., ia berkata:
Rasulullah bersabda: "Ketika masa (kedamaian) terhenti, dan fitnah
merajalela (datang) seorang laki-laki yang disebut al-Mahdi yang
pemberiannya dapat menenangkan." (HR. Nu'aim dan Abu Nu'aim)
05. Dari Abd Sa'id r.a., bahwasanya Nabi
SAW. Bersabda: "Akan ada (nanti) di kalangan ummatku seorang bernama
al-Mahdi, jika umurnya sedang, maka tujuh, apabila tidak, maka sembilan
(tahun tinggal bersama pengikutnya). Ummatku akan mendapat kenikmatan
yang belum pernah terdengar sama sekali nikmat seperti itu.
(Tumbuh-tumbuhan) akan memberikan hasilnya dan tak ada sesuatupun yang
ditahannya dari mereka. Harta pada saat itu bertimbun-timbun lalu
berdirilah seorang lelaki dan berkata: "Hai Mahdi berilah aku
(sesuatu)." Jawabnya: "Ambillah olehmu." (HR. Ibn Majah)
06. Dari ibn 'Umar r.a., berkata, Nabi
SAW. bersabda: "Al-Mahdi akan muncul dan kepalanya bersorban. Besertanya
seorang penyeru yang berseru (kepada orang banyak) - Inilah Mahdi
Khalifatullah, karena itu ikutilah dia. (HR. Abu Nu'aim)
07. Dari 'Umar r.a., ia berkata:
Rasulullah SAW. Bersabda: "Al-Mahdi akan muncul dan diatas kepalanya ada
malaikat yang berseru: Ini adalah al-Mahdi, karena itu ikutilah dia!"
(HR. Abu Nu'aim)
08. Dari 'Abdullah ibn Sa'id az-Zubaidi
berkata: Rasulullah SAW. bersabda: "Manusia akan keluar dari arah timur
menyerahkan kekuasaan kepada al-Mahdi." (HR. Ibn Majah dan Tabrani)
09. Dari 'Amr ibn 'As berkata: "Tanda
akan munculnya al-Mahdi, apabila ada pasukan tentara terbenam di daerah
Baida' (antara Mekkah dan Madinah), maka itulah tanda keluarnya Mahdi."
(HR.Nu'aim)
10. Dari Abu Sa'id r.a., ia berkata:
Rasulullah bersabda: "Aku beri kalian kabar gembira tentang al-Mahdi
yaitu, dia seorang laki-laki dari suku Quraisy, yang dikirim untuk
ummatku ketika manusia dalam perselisihan dan keguncangan. Maka ia akan
memenuhi bumi dengan keadilan, sebagaimana bumi telah dipenuhi oleh
kecurangan dan kezaliman. Penghuni langit dan bumi akan merasa senang
kepadanya. Ia akan membagi-bagikan harta benda secara benar (adil),
kemudian ada seorang laki-laki bertanya kepadanya: "Apakah arti benar
itu"? Jawabnya: "Diantara manusia (akan memperoleh bagian) yang sama.
Dan hati ummat Muhammad akan dipenuhi oleh rasa kaya, dan keadilannya
merata (diantara) mereka, sehingga dia menyuruh seorang penyeru yang
berseru: "Barang siapa butuh (pertolongan) ku, maka tak seorang pun yang
datang kepadanya, kecuali seorang laki-laki, lalu ia meminta sesuatu
kepadanya." Al-Mahdi berkata: Datanglah kepada petugas yang mengurusnya,
sehingga ia memberimu!" Kemudian ia datang kepadanya (petugas itu) dan
mengatakan: "Aku adalah utusan Mahdi kepadamu, agar kamu memberiku harta
kepadaku." Selanjutnya ia menyatakan: "Akulah diantara ummat Muhammad
seluruhnya yang paling loba nafsunya, mereka semua (jika) diiming-iming
dengan harta ini, maka ia tinggalkan harta itu, selain aku, lalu harta
itu dikembalikan kepadanya, lalu berkatalah petugas itu: "Sungguh kami
tidak akan menerima lagi apa yang telah kami berikan." Maka tinggallah
Mahdi (bersama pengikutnya) dalam keadaan yang demikian itu, enam, atau
tujuh, atau delapan, atau sembilan tahun. Dan sepeninggalnya tidak ada
lagi kehidupan yang sebaik itu." (HR. Ahmad, al-Mawardi, dan Abu Nu'aim)
11. Dari Abu Sa'id al-Khudri r.a., dari
Nabi SAW. bersabda: "Akan berkumpullah bersama-sama al-Mahdi, ummat
(pengikut)nya seperti berkumpulnya lebah pada ratunya. Ia akan memenuhi
bumi dengan keadilan sebagaimana ia dipenuhi oleh kecurangan sehingga
manusia menjadi sebagaimana halnya keadaan mereka yang mula-mula, tidak
membangunkan orang yang tidur dan tidak pula mengalirkan darah." (HR.
Nu'aim ibn Hammad)
E. HADIS-HADIS MAHDIYYAH YANG MENUNJUKKAN ADANYA DUA PERSON YANG BERBEDA, ANTARA AL-MAHDI DENGAN 'ISA AL-MASIH
1. Dari Jabir r.a., ia berkata:
Rasulullah bersabda: "'Isa ibn Maryam akan turun, lalu ia bersabda:
Pemimpin mereka (ummat Islam saat itu) adalah al-Mahdi. Marilah salat
bersama kami. Ia menjawab: "Ingatlah! Bahwasanya sebagian kamu menjadi
pemimpin pada sebagian yang lain, sebagai penghormatan Allah kepada
ummat (saat) ini." (HR. Abu Nu'aim)
2. Dari Jabir ibn 'Abdillah r.a.,
berkata: Rasulullah SAW. bersabda: "Segolongan ummatku akan selalu
berperang membela kebenaran, sehingga turunlah 'Isa ibn Maryam pada saat
fajar terbit di Baitul-Maqdis (Palestina). Ia turun pada al-Mahdi, maka
dikatakan: "Majulah hai Nabi Allah! dan salatlah bersama kita." Maka ia
berkata: "Ummat ini menjadi pemimpin (amir) sebagian yang satu pada
sebagian yang lain." (HR. Ibn Amr ad-Dani)
3. Dari Khuzaifah r.a., berkata:
"Rasulullah SAW., bersabda: "Mahdi memalingkan mukanya, dan sungguh 'Isa
ibn Maryam telah turun seakan-akan air menetes dari rambutnya, maka
berkatalah Mahdi: Majulah kemuka dan salatlah bersama-sama manusia. 'Isa
menjawab: "Sesungguhnya salat itu diiqamati adalah untukmu, lalu
salatlah 'Isa al-Masih di belakang seorang laki-laki (al-Mahdi) dari
anak keturunanku." (HR. Abu 'Amr ad-Dani)
4. Dari Abu Umamah r.a., ia berkata:
Rasulullah telah berkhutbah pada kita dan beliau menyebut-nyebut tentang
dajjal, dan bersabda: "Kota Madinah akan bersih dari kotoran yang
mengotorinya, sebagaimana seperti alat peniup api (tukang besi)
membersihkan kotoran besi. Hari itu akan disebut sebagai hari kelepasan
(Yaumul-Khalas)." Ummu Yuyaik berkata: "Dimanakah saat orang-orang Arab
hai Rasulullah?" Nabi menjawab: "Mereka pada hari itu sedikit
(jumlahnya) kebanyakan mereka berada di Bait al-Maqdis dan imam mereka
adalah al-Mahdi, seorang laki-laki saleh. Sewaktu imam mereka telah maju
(untuk) salat subuh bersama mereka, tiba-tiba turunlah 'Isa ibn Maryam
kepada mereka waktu itu. Maka imam pun surut ke belakang supaya dia 'Isa
menjadi imam. Kemudian ia meletakkan tangannya diantara kedua bahunya
kemudian Isa berkata kepada al-Mahdi: "Majulah (sebagai imam) dan
salatlah, maka sebenamya salat yang telah diiqamati itu adalah untukmu."
Maka salatlah bersama mereka imam mereka." (HR. Ibn Majah, Ibn
Khuzaimah, Abu 'Uwanah, al-Hakim, Abu Nu'aim)
5. Dari Ibn 'Abbas r.a., ia berkata:
Rasulullah SAW. bersabda: "Tidak akan binasa suatu ummat, yang aku
sebagai pemulanya, 'Isa ibn Maryam sebagai penutupnya, dan al-Mahdi pada
pertengahannya." (HR. Abu Nu'aim)
F. HADIS-HADIS MAHDIYYAH YANG
MENGIDENTIKKAN ANTARA 'ISA AL-MASIH DENGAN AL-MAHDI. HADIS-HADIS BERIKUT
INILAH YANG DIPEGANGI OLEH GOLONGAN AHMADIYAH
1. Dari Anas ibn Malik dari Nabi SAW.,
bahwasanya beliau bersabda: "Tidak seorang pun (sebagai) al-Mahdi,
kecuali 'Isa ibn Maryam." (HR. Baihaqi dan al-Hakim)
2. "Hampir dekat masanya, orang yang hidup di antara kalian, akan berjumpa dengan 'Isa ibn Maryam sebagai Imam Mahdi."
3. Dari Anas r.a., Nabi SAW. bersabda:
"Keadaan (manusia) tidak akan bertambah, kecuali hanya kesusahan, dunia
tiada bertambah (damai) melainkan semakin surut ke belakang, tiada
bertambah (sikap) manusia kecuali semakin loba, tidaklah hari kiamat
akan terjadi, melainkan manusia semakin bertambah jahat, dan tiada Mahdi
akan muncul kembali 'Isa ibn Maryam." (HR. Ibn Wajah)
4. Sabda Nabi SAW.: "Hampir (tiba
masanya) orang yang hidup antara kalian akan berjumpa dengan 'Isa ibn
Maryam sebagai Imam Mahdi dan sebagai hakim yang adil." (HR. Ahmad)
5. Nabi bersabda, bahwa al-Mahdi akan
menyatakan: "Dan barang siapa ingin melihat 'Isa al-Masih dan Sam'un,
maka aku inilah (Mahdi) orangnya." (Birhar al-Anwar, juz 13, hlm. 202)
6. Dari Khuzaifah ibn Yaman, berkata:
"RasululIah SAW. bersabda: "Apabila telah lewat 1240 tahun, Allah akan
mengutus al-Mahdi." (an-Najmus-Saqif, Juz: II, halaman 209)
Golongan Ahmadiyah memandang hadis
tersebut sebagai ramalan Nabi yang tepat, karena menurut mereka, Mirza
Ghulam Ahmad yang dipandang sebagai al-Mahdi telah lahir pada tahun 1250
H, dan mendakwahkan dirinya sebagai al-Mahdi dan al-Masih, tahun 1290.
Dan kelahirannya tersebut ditandai dengan terjadi dua kali gerhana,
yaitu gerhana bulan di awalRamadan dan gerhana matahari
dipertengahannya, sebagai dinyatakan dalam hadis berikut ini:
7. Dari Muhammad ibn 'Ali berkata:
"Sesungguhnya (kelahiran) Mahdi kita, ditandai oleh dua hal yang belum
pernah terjadi sejak Allah mencipta langit dan bumi. Yaitu gerhana bulan
dipermulaan bulan Ramadan dan gerhana matahari dipertengahannya.
Keduanya tidak pernah terjadi sejak Allah mencipta langit dan bumi."
(HR. ad-Daruqutni)
8. Dari 'Amr ibn 'As berkata: "Tanda
(akan munculnya) al-Mahdi yaitu apabila ada pasukan perang terbenam di
Baida, maka dia itulah tanda keluarnya al-Mahdi."
G. HADIS-HADIS MAHDIYYAH MENGENAI TEMPAT KELUARNYA AL-MAHDI
1. Dari Qatadah r.a., berkata:
RasulullahSAW. bersabda: "Mahdi akan muncul dari Madinah ke Makkah.
Kemudian ia dikeluarkan oleh orang-orang dari tengah-tengah mereka. Lalu
mereka berbai'at kepadanya di antara rukun dan macam, sedang ia tidak
menyukainya." (HR Nu'aim ibn Hammad)
2. Dari Ibn 'Amr r.a., berkata: Nabi
bersabda: "Al-Mahdi akan keluar dari sebuah kampung yang disebut
Kar'ah." (HR. Abu Nu'aim dan Abu Bakr al-Maqri)
3. Nabi bersabda: "Al-Mahdi akan keluar dari suatu kampung yang disebut kampung Karimah." (HR. Abu Nu'aim)
4. "Al-Mahdi akan muncul dari sebuah kampung yang disebut Kadi'ah." (Jawahirul-Asrar, karya Syaikh 'Ali Hamzah ibn 'Ali at-Tusi)
5. Rasulullah bersabda: "Akan muncul bintang berekor di sebelah timur sebelum keluarnya al-Mahdi." (HR. Nu'aim)
6. Dari Husain ibn 'Ali, ia
meriwayatkan: "Apabila kalian melihat tanda api besar di langit di
sebelah timur, yang keluar di malam hari, maka saat itu manusia akan
mendapat kelapangan dan diwaktu itulah kehadiran al-Mahdi."
7. "Jika kalian melihat nyala api di
sebelah timur, tiga atau tujuh hari, maka haraplah kelapangan keluarga
Muhammad insya Allah." (HR. Imam Muhammad ibn Bakir)
BIBLIOGRAFI
Abu Zahrah, Muhammad. Tarikhul-Mazahibul-Islamiyyah. Darul-Fikril-'Arabi, tt.
Ahmad Amin, Duhal-Islam. Juz III, cet. VII. Qahirah: Maktabah an-Nahdatul-Misriyyah, tt.
----------, Zuhurul-Islam. Juz IV. Qahirah: Maktabah an-Nahdatul-Misriyyah, 1964.
----------, Fajrul-Islam. Singapura: Sulaiman Mar'i, 1965
Ahmad, al-Mahdi Lidinillah. Kitabul-Munyah wal-'Amal fi Syarhil-Milal wan-Nihal. Beirut: Darul-Fikr, 1979.
Ahmad Syalabi. Mausu'atut-Tarikhil-Islami wal-Hadaratil-Islamiyyah. Juz III, Qaihrah: Maktabah an-Nahdatul-Misriyyah, 1978.
'Ali, K. History of India, Pakistan, and Bangladesh. Dacca: 'Ali Publications, 1980.
'Ali, Maulana Muhammad. Mirza Ghulam Ahmad of Qadian: His Life and Mission. Lahore: Ahmadiyyah Anjuman Isha'at Islam, 1959.
'Ali, Syed Amir. Api Islam. Terj. HB. Jasin, Jakarta: Bulan Bintang, 1978.
Anawati, G.C. Filsafat, Teologi dan Mistik, ed. H.L. Beck dan
N.J.B. Kaptein, jilid. I: Pandangan Barat Terhadap Literatur Hukum,
Filosofi, Teologi dan Mistik Tradisi Islam. Jakarta: INIS, 1988.
Al-Bahi, Muhammad. Al-Janibul-Ilahi min Tafkiril-Islami, Juz II,
Qahirah: Daru Ihya'il-Kutubil-'Arabiyyah 'Isa al-Babi al-Halabi, 1948.
----------, Al-Fikrul-Islami fi Tatawwurihi. Mesir: Darul-Fikr, 1971.
Departemen Agama. Al-Quran dan Terjemahannya, Yayasan Penyelenggara Penterjemahan al-Quran, 1979.
Potensi Organisasi Keagamaan Ahmadiyyah Qadian, Bagian II. Laporan
Penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Agama tahun 1984-1985,
Kanwil Depag Jawa Tengah, Semarang, 1985.
Djoyosugito, Susmoyo. Hasrat Mirza Ghulam Ahmad Bukan Nabi Hakiki. Pedoman Besar Gerakan Ahmadiyyah Lahore Indonesia, 1984.
Donalson, Dwight, M. 'Aqidah as-Syi'ah, Terj. dalam Bahasa Arab, Mesir Maktabah as-Sa'adah, tt.
Ad-Dihlawi, Syah 'Abdul 'Aziz Ghulam Hakim. At-Tuhfatul-Isna
'Asyariyyah, Ed. Sayyid Mahmud Syukri al-Alusi. Istambul-Turki: Isik
Kitabevi, 1980.
Fazlur Rahman. Islam. Chicago and London: University of Chicago Press, 1977.
Garib, 'Adullah Muhammad. Sunnah dan Syi'ah Mungkinkah
Dipertemukan, Terj. Mustafa Mahdami dan Hasan Husain. Surabaya: Pustaka
Anda, 1984.
Gibb, H.A.R. Modern Trends in Islam, New York: Octagon Books A Division of Farar Straus and Giroux, 1978.
Gibb, H.A.R. and Kramers, Eds. Shorter Encyclopedia of Islam. Leiden: E.J. Brill, 1947.
Ghulam Ahmad, Mirza. Itmamul-Hujjah 'Alal-Lazi Lajja wa Zaga'anil-Mahajjah. Lahore: Kalzar Muhammadi, 1311 H/1892 M.
----------, .Hamamatul-Busyra Ila Ahlil-Mekkah wa Sulaha'I ummil Qura. Sialkot: Al-Munsyi Ghulam Qadir al-Fasih, 1389 H.
Ibnul-Asir. Al-Kamil fit-Tarikh, Juz II. Darus-Sadr, 1965.
Kartodirdjo, Sartono. Ratu Adil. Jakarta: Sinar Harapan, 1984.
Khaldun, 'Abdur Rahman ibn. Muqaddimah Ibn Khaldun. Darul-Fikr, tt.
Lubis, H.M. Arsyad Talib. Imam Mahdi. Medan: Firma Islamiyyah, 1967.
Al-Maududi, Abul-Ala. Ma Hiyal-Qadiyaniyyah. Kuwait: Darul-Qalam, 1969.
Muhammad 'Abduh. Risalatut-Tauhid. Mesir Maktabah wa Matba'ah Muhammad 'Ali Sabih wa Auladih, 1979.
Muhammad Isma'il, Sya'ban. Ma'al-Quranil-Karim. Qahirah: Darul-Ittihadil-'Arabi Lit-Tiba'ah, 1978.
Al-Mus-awi, Syarafuddin. Dialog Sunnah dan Syi'ah, Terj. Muhammad al-Baqir. Bandung: Mizan, 1983.
Nahdi, Saleh A. Masalah Imam Mahdi. Surabaya: Raja Pena, 1966.
Nasution, Harun. Teologi Islam, Cet. II. Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia, tt.
Qattaan, Mana' Khalil. Mabahis fi 'Ulumil-Quran. Mansyuratul-'Asril-Hadis, 1973.
Rida, Muhammad Rasyid. Al-Wahyul-Muhammadi. Beirut: al-Maktabul-Islami, l971.
Rasyidi, H.M. "Imam Mahdi dan Harapan Akan Keadilan," Prisma, VI (Januari, 1977).
Shadiq, H.A. Muhammad. Analisa Tentang Khatam an-Nabiyyin. Jamaat Ahmadiyah Indonesia, 1984.
----------, "Kedatangan al-Masih dan al-Mahdi," dalam Sinar Islam II (Februari, 1980).
Shiddiqi, Nouruzzaman. Syi'ah dan Khawarij Dalam Perspektif
Sejarah. Yogyakarta: Bidang Penerbit Pusat Latihan Penelitian
Pengembangan Masyarakat, 1985.
As-Siyalkoti, Nazir Ahmad. Al-Qaulus-Sarih fi Zuhuril-Mahdi wal-Masih. Lahore: Nawa'i Waqt Printers Ltd.; 1389 H/1970 M.
Asy-Syahrastani, 'Abdul-Fath, 'Abdul-Karim.
Al-Milalwan-Nihal, Beirut: Darul-Fikr, tt.
Al-Milalwan-Nihal, Beirut: Darul-Fikr, tt.
Smith, Wilfred Cantwell. Modern Islam in India. New Delhi: Usha Publication, 1979.
Stoddard, Lothrop. Dunia Baru Islam, Terj. Panitia Penerbit. Jakarta: Panitia Penerbit, 1966.
Subhi as-Salih. Mabahisul-Quranil-Karim. Qahirah: Darul-Ittiha dil-'Arabi Lit-Tiba'ah, 1977.
Tim Dakwah PB GAI. Akidah Gerakan Ahmadiyyah Lahore Indonesia. Bagian Tabligh dan Tarbiyah, 1966.
Watt, W. Montgomery. The Majesty That Was Islam. London: Sidgwick & Jackson, 1974.
Woslvy, Peter. The Trumpet Shall Sound. New York: Schocken Book, 1974.
Zahir, Ihsan Ilahi, As-Syi'ah wat-Tasyayyu'. Lahore Pakistan: Iradah Tarjuman as-Sunnah, 1984.
original source: http://www.isnet.org
ConversionConversion EmoticonEmoticon