Bikin Resah Warga, Pengajian MTA di Kudus Dibubarkan Massa
Massa dari sejumlah organisasi kemasyarakatan Islam membubarkan paksa pengajian Majelis Tafsir Alquran (MTA) di gedung Wanita Ngasirah Kudus, Jawa Tengah, Sabtu (28/1/2012). Acara pengajian yang dilaksanakan MTA sejak pagi di Gedung Ngasirah Kudus, Jl Jendral Sudirman No 291 Kudus didatangi puluhan aktivis yang mengatasnamakan Gerakan Aksi Damai Anti-MTA dan meminta penyelenggara segera membubarkan diri. Massa membubarkan paksa karena pengajian MTA itu dinilai tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Koordinator aksi sekaligus Pengurus Pusat IPNU Saiful Anas mengaku, menerima laporan dari berbagai daerah tentang kehadiran MTA sering terjadi konflik dengan warga sekitar karena ajarannya cukup meresahkan. “Pengajian yang dilakukan juga pernah menghujat para kiai. Hal paling fatal, dosa orang yang melakukan tahlil dianggap lebih besar dibanding orang yang berzina. Padahal tahlil sudah menjadi tradisi warga NU,” ujarnya.
Selain itu, “Ajaran MTA radikal dan menafsirkan Alquran seenaknya sendiri”, ujarnya. Hal tersebut, kata dia, membuat warga NU resah, jika MTA benar-benar ada di Kudus yang memiliki kebiasaan melakukan tahlil.
Selain itu, kata dia, mayoritas warga NU memiliki kultur yang banyak bernuansa klasik yang dibawa Sunan Kudus. “Tentunya, hal ini tidak bisa dibiarkan terjadi karena ajaran MTA memang cukup meresahkan,” tandasnya.
Ia mengaku, memiliki cukup bukti terkait ajaran dari MTA yang dianggap radikal serta menafsirkan Alquran dengan akalnya sendiri.
Untuk itu, kata dia, pengurus Cabang IPNU Kudus yang mendapat restu dari sejumlah kiai di Kudus sepakat menolak kehadiran MTA di Kudus. Apalagi, lanjut dia, sebagian besar peserta pengajian bukan warga Kudus, melainkan dari luar Kudus, seperti Solo, Pati dan beberapa daerah di Jateng. “Peserta pengajian dari Kudus, hanya sekitar 40-an orang,” katanya.
Sementara Koordinator aksi lapangan Saifullah menyatakan, pihaknya membubarkan pengajian MTA karena ajarannya tidak sesuai dengan Islam. Ajaran tersebut, antara lain menghalalkan anjing dan mengajarkan bahwa orang tahlil lebih berat hukumannya daripada orang yang berzina.
Saifullah mengklaim, karena ajarannya yang menyimpang itu keberadaan MTA ditentang keras masyarakat Kudus. Apalagi, kata Saifullah, kudus merupakan kota santri dan mempunyai banyak kiai kharismatik.
Beberapa peserta aksi unjuk rasa juga sempat mencabut bendera MTA yang berada di tepi jalan, karena pengajian yang diselenggarakan di Kudus tanpa izin, dan hanya pemberitahuan saja kepada sejumlah pihak terkait. Kapolres Kudus AKBP Andik Setyono, yang turun langsung ke lokasi dengan 300 personel mengharapkan aksi berjalan damai dan tidak anarkistis. Setelah bernegosiasi dengan polisi, penganut pengajian MTA bersedia membubarkan diri. Pengajian umum yang diselenggarakan MTA akhirnya dihentikan, sekitar 3.000 peserta pengajian harus meninggalkan Gedung Ngasirah dengan mendapat penjagaan polisi.
(Dari berbagai sumber: MetrotvNews , Media Indonesia, dan Skalanews)
==============================================
kaIo wahabisme terus merebak, dikhawatirkan Indonesia akan rusuh menjadi seperti SomaIia, Afgan, Nigeria dimana wahabisme sudah menguat dan menempuh kekerasan memaksakan doktrin tabdi tahrimnya.
Massa dari sejumlah organisasi kemasyarakatan Islam membubarkan paksa pengajian Majelis Tafsir Alquran (MTA) di gedung Wanita Ngasirah Kudus, Jawa Tengah, Sabtu (28/1/2012). Acara pengajian yang dilaksanakan MTA sejak pagi di Gedung Ngasirah Kudus, Jl Jendral Sudirman No 291 Kudus didatangi puluhan aktivis yang mengatasnamakan Gerakan Aksi Damai Anti-MTA dan meminta penyelenggara segera membubarkan diri. Massa membubarkan paksa karena pengajian MTA itu dinilai tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Koordinator aksi sekaligus Pengurus Pusat IPNU Saiful Anas mengaku, menerima laporan dari berbagai daerah tentang kehadiran MTA sering terjadi konflik dengan warga sekitar karena ajarannya cukup meresahkan. “Pengajian yang dilakukan juga pernah menghujat para kiai. Hal paling fatal, dosa orang yang melakukan tahlil dianggap lebih besar dibanding orang yang berzina. Padahal tahlil sudah menjadi tradisi warga NU,” ujarnya.
Selain itu, “Ajaran MTA radikal dan menafsirkan Alquran seenaknya sendiri”, ujarnya. Hal tersebut, kata dia, membuat warga NU resah, jika MTA benar-benar ada di Kudus yang memiliki kebiasaan melakukan tahlil.
Selain itu, kata dia, mayoritas warga NU memiliki kultur yang banyak bernuansa klasik yang dibawa Sunan Kudus. “Tentunya, hal ini tidak bisa dibiarkan terjadi karena ajaran MTA memang cukup meresahkan,” tandasnya.
Ia mengaku, memiliki cukup bukti terkait ajaran dari MTA yang dianggap radikal serta menafsirkan Alquran dengan akalnya sendiri.
Untuk itu, kata dia, pengurus Cabang IPNU Kudus yang mendapat restu dari sejumlah kiai di Kudus sepakat menolak kehadiran MTA di Kudus. Apalagi, lanjut dia, sebagian besar peserta pengajian bukan warga Kudus, melainkan dari luar Kudus, seperti Solo, Pati dan beberapa daerah di Jateng. “Peserta pengajian dari Kudus, hanya sekitar 40-an orang,” katanya.
Sementara Koordinator aksi lapangan Saifullah menyatakan, pihaknya membubarkan pengajian MTA karena ajarannya tidak sesuai dengan Islam. Ajaran tersebut, antara lain menghalalkan anjing dan mengajarkan bahwa orang tahlil lebih berat hukumannya daripada orang yang berzina.
Saifullah mengklaim, karena ajarannya yang menyimpang itu keberadaan MTA ditentang keras masyarakat Kudus. Apalagi, kata Saifullah, kudus merupakan kota santri dan mempunyai banyak kiai kharismatik.
Beberapa peserta aksi unjuk rasa juga sempat mencabut bendera MTA yang berada di tepi jalan, karena pengajian yang diselenggarakan di Kudus tanpa izin, dan hanya pemberitahuan saja kepada sejumlah pihak terkait. Kapolres Kudus AKBP Andik Setyono, yang turun langsung ke lokasi dengan 300 personel mengharapkan aksi berjalan damai dan tidak anarkistis. Setelah bernegosiasi dengan polisi, penganut pengajian MTA bersedia membubarkan diri. Pengajian umum yang diselenggarakan MTA akhirnya dihentikan, sekitar 3.000 peserta pengajian harus meninggalkan Gedung Ngasirah dengan mendapat penjagaan polisi.
(Dari berbagai sumber: MetrotvNews , Media Indonesia, dan Skalanews)
==============================================
kaIo wahabisme terus merebak, dikhawatirkan Indonesia akan rusuh menjadi seperti SomaIia, Afgan, Nigeria dimana wahabisme sudah menguat dan menempuh kekerasan memaksakan doktrin tabdi tahrimnya.
ConversionConversion EmoticonEmoticon